Dalam pelariannya disebutkan para dewa menemui sebatang pohon yang menyerupai jaring, yaitu pohon uli kipas dan pohon itulah yang menyelamatkan para dewa dari kejaran Datya Kala Dwija.
Dewa Siwa pun saat itu merasa prihatin melihat keberadaan para dewa yang ketakutan, seraya meminta semua senjata yang dimiliki oleh para dewa untuk memerangi Detya Kala Dwija.
Dewa Siwa berubah wujud menjadi Gayah utuh dengan bersenjata Dewata Nawa Sanga. Akhirnya Detya Kala Dwija terbunuh oleh Dewa Siwa, tetapi beberapa pengikut Datya Kala Dwija yang masih hidup memohon agar tuannya dihidupkan kembali, Dewa Siwa menghidupkan kembali Detya Kala Dwija menjadi bah-bangun atau dibuat dalam wujud Sate Renteng/Gayah Pusupusan.
Dalam setiap upacara yadnya disebutkan masyarakat Bali memiliki kebudayaan bernilai tinggi dengan sifat religiusnya seperti halnya dalam menciptakan alat-alat upacara dan upakara khusunya sate renteng/Gayah ini sebagai pelengkap dalam prosesi ritual yadnya.
Dalam setiap upacara yadnya disebutkan masyarakat Bali memiliki kebudayaan bernilai tinggi dengan sifat religiusnya seperti halnya dalam menciptakan alat-alat upacara dan upakara khusunya sate renteng/Gayah ini sebagai pelengkap dalam prosesi ritual yadnya.
Sate renteng/Gayah mempunyai isyarat-syarat tertentu dan memiliki kekuatan gaib serta dikaitkan dengan berbagai sarana upacara sebagai saksi dari unsur kekuatan bersifat religius yang selalu menyertai kekuatan dalam upacara yadnya.
Demikian dikisahkan penggunaan sate renteng sebagai rangkaian olahan daging babi sebagaimana dijabarkan kementrian pendidikan da kebudayaan dalam mengenal sate renteng/Gayah Durga Dewi.
Dan adapun hubungannya dengan mithologi tersebut yaitu sebagai berikut:
“Tatkala Siwa bersama saktinya dalam menciptakan dunia yang sedang menari-nari (Natha Raja), maka kekuatan-kekuatan pada prinsipnya berasal daripada saktinya yaitu Dewi Uma (Dewi Kesejahteraan) yang dalam bentuk kehebatannya yang disebut Bhatari Durga (Dewi Durga).
Dengan dasar ini sate renteng/Gayah Durga Dewi itu adalah perlambang penciptaan dunia oleh Bhatara Siwa beserta saktinya.
Menelisik dari bentuknya, sate renteng/Gayah Durga Dewi beserta kelengkapannya adalah simbolis daripada makrokosmos karena salah satu perlengkapannya menunjukkan senjata dari Dewata Nawa Sanga.
Disebut sebagai lambang makrokosmos berarti pula lambang mikrokosmos karena bahan-bahannya merupakan bagian daripada seluruh bagian binatang yang dipergunakan.
***