Sikut Satak

Sikut Satak artinya ukuran yang ideal sebagai pekarangan rumah dalam perhitungan tradisional Bali.

Pada zaman dahulu, masyarakat Bali mengenal ukuran sikut satak, sikut domas, dan sebagainya. Sikut satak jika dikonversi ke dalam pengukuran modern melebihi dari empat are (atau > 400 m2).

Ukuran tersebut tidak pasti karena berdasarkan perhitungan tradisional dengan ukuran tangan atau kaki, seperti depa, agemel (segenggam), anguli (satu ruas jari telunjuk bagian tengah), atapak batis (setelapak kaki), dan sebagainya. 
Oleh karena itu, ukuran tersebut sesuai dengan orang yang mengukur. 
Sebenarnya, jika pun ukuran sikut satak tersebut hendak digunakan di zaman modern, tidak ada masalah selama luas pekarangan mencukupi. 
Demikian dikutip dalam BaliExpres bagi areal pekarangan rumah sehingga disebutkan dipertimbangkan secara matang dalam ukuran tradisional Bali.
Ukuran tersebut oleh umat Hindu dalam penjabaran penunggun karang (fb) disebutkan diperlukan atas dasar perhitungan Asta Bhumi, dimana pekarangan rumah biasanya dibagi menjadi sembilan, yakni dari sisi kiri ke kanan; nista, madya dan utama serta dr sisi atas ke bawah; nista, madya dan utama sehingga terdapat 9 bayangan kotak pembagian pekarangan rumah.

Dan adapun pembagian posisi tersebut antara lain:
  • Posisi utamaning utama adalah tempat "Sanggah Pemerajan"
  • Posisi madyaning utama adalah tempat "Bale Dangin"
  • Posisi nistaning utama adalah tempat "Lumbung atau klumpu atau jineng"
  • Posisi madyaing utama adalah tempat "Bale Daje atau gedong"
  • Posisi madyaning madya adalah tempat "natah halaman rumah"
  • Posisi nistaning madya adalah tempat "dapur atau pawon / pasucian"
  • Posisi nistaning Utama adalah tempat "Sedahan Karang"
  • Posisi nistaning Madya adalah tempat "bale dauh, tempat tidur"
  • Posisi nistaning Nista adalah tempat "cucian, kamar mandi dll" biasanya digunakan tempat garase sekaligus "angkul- angkul" gerbang rumah.
Setelah mengetahui posisi yang tepat sesuai dengan Asta Bhumi diatas untuk posisi sedahan karang, selanjutnya menentukan letak bangunan Sedan Karang tersebut. yaitu dengan mengunakan perhitungan Asta Kosala Kosali, dengan sepat atau hitungan tampak kaki atau jengkal tangan. perhitungannya dengan konsep Asta Wara (Sri, Indra, Guru, Yama, Rudra, Brahma, kala, Uma). adapun perhitungannya:
  • Untuk pekarangan yang luas ( sikut satak ), melebihi 4 are atau sudah masuk perhitungan "sikut satak", posisi Sedahan Karang dihitung dengan: dari utara menuju Kala ( 7 tapak kaki ) dan dari sisi barat menuju Yama ( 4 tampak ). 
    • Adapun alasannya adalah:sesuai dengan fungsi Sedahan karang yaitu sebagai pelindung dan penegak kebenaran yang merupakan dibawah naungan Dewa Yama dipati, serta tetap sebagai penguasa waktu dan semua kekuatan alam yang merupakan dibawah naungan Dewa kala. ini dimaksudkan agar Sedahan Karang berfungsi maksimal sesuai dengan yang telah diterangkan diatas tadi.
  • Namun untuk pekarangan sempit yaitu pekarangan yang kurang dari 4 are seperti BTN, posisi Sedahan Karang dihitung dengan: dari utara dan barat cukup menuju Sri atau 1 tampak saja. dengan maksud agar bangunan tersebut tetap berguna walau tempatnya cukup sempit, tapi dari segi fungsi tetap sama.
***