Tutur Candrabherawa

Tutur Candrabherawa adalah ajaran yang digunakan oleh Sekte Bhairawa pada zaman dahulu;
Dengan ajian Candrabherawa ini, Raja Aji Candra Bhairawa yang dalam Salya Parwa diceritakan dapat membuat tubuh Prabu Salya mengeluarkan raksasa yang langsung menyerang Arjuna.
Tutur ini juga menceritakan tentang kisah perang tanding yang dilakukan Sri Candrabherawa dan Raja Yudhistira dalam menganut ajaran agama yang berbeda dan akhirnya terjadi perang tanding. 
  • Dimana Raja Yudhistira menganut ajaran Siwaisme atau disebut juga ajaran Karma Sanyasa yang berpusat pada bangunan tempat suci, persembahan sesaji yang dikenal dengan Panca Yadnya
  • Sedangkan ajaran Yoga Sanyasa yang dianut oleh Raja Candrabherawa adalah sebaliknya, tidak ada tempat suci, tidak ada persembahan, tidak ada menyembah kepada Dewa. Yang dipuja adalah Sang Hyang Adhi Buddha dengan mempelajari Bajradhara.
Perang ini berawal dari penolakan Sri Candrabherawa untuk membangun Sanggar Kabuyutan dan Sad Kahyangan
Setelah itu raja Yudhistira dan raja Kresna beserta catur Pandawa menyerbu kerajaan Dewantara. 
Dalam peperangan ini satu persatu para ksatria Pandawa berhasil ditaklukkan oleh Sri Candrabherawa dengan tidak melawannya. Termasuk juga Sri Kresna kalah dalam saling tebak kesaktian. 
Pada akhirnya Raja Yudhistira turun tangan dan memenangkan peperangan ini. Raja Yudhistira juga memenangkan anak dari Sri Candrabherawa.
Demikian dikisahkan secara singkat yang sejatinya dikatakan bahwa Teks Tutur Candrabherawa ini dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan beragama;
Karena pada dasarnya disebutkan tidak ada perbedaan antara agama yang satu dengan agama yang lainnya. 
Semua agama akan dapat mengantarkan seseorang untuk mencapai kesempurnaan tertinggi yaitu moksa untuk kembali kepada asalNya.

Demikian dikutip dari salah satu pendahuluan naskah  kuna  warisan nenek  moyang  yang  memiliki  nilai-nilai  luhur  budaya seperti halnya dalam Kakawin Candra Bairawa disebutkan konsep surga, neraka dan moksa :
Jika di surgaloka, kesenangan saja yang ada di sana, akan tetapi di sini,  dunia yang fana ini, suka-duka  yang  dialami,  jika  di  neraka  lokakedukaan belaka yang diderita di sana, sebaliknya  di  moksaloka,  kebahagiaan  terluhur  yang diperoleh di sana.

 ***