Kiskinda Kanda

Kiskinda (Kiskindha) Kanda adalah kitab kelima dari Epos Ramayana yang mengisahkan tentang :
  • Kisah bagaimana Subali yang mengKO Rahwana.
  • Petualangan Sang Rama dalam pencarian Dewi Sita ditempat yang sangat tersembunyi.
  • Pengetahuan tentang suasana alam Pulau Jawa, Bali dan lain-lain tempat lagi pada zaman dahulu. 
Diceritakan, dahulu Sugriwa mengutus pasukan Wanara untuk mencari Dewi Sita. 
Pasukan Wanara yang pertama, di bawah pimpinan Winata, berangkat ke arah Timur dan timur laut. 
Sebelum keberangkatan mereka itu oleh Sugriwa diberikanlah keterangan-keterangan tentang tempat-tempat berkenaan dengan negeri yang akan dikunjunginya. 

Dalam penjelasan Sugriwa tersebut, banyak memberikan keterangan yang berisikan tentang suasana alam Pulau Jawa, Bali dan lain-lain. Adapun kutipan dari cerita tersebut adalah sebagai berikut :
Sugriwa menerangkan kepada Winata : “Sesudah tiba di Jawa, di sana engkau akan menjumpai sebuah gunung Sisira (Gunung Cerme), yang puncaknya sangat tinggi menyentuh langit. Di sanalah dewa-dewa dan danawa hidup bersama-sama.” 
“Carilah Dewi Sita di gunung-gunung dan di hutan-hutan pulau itu. Carilah pula Janaki dan Rahwana diperziarahan suci yang indal, dengan hutannya yang menarik dan berbataskan sungai yang aliran airnya deras dan berwarna merah di dekat pantai, sungai itu bernama Soma (mungkin Bengawan Solo). Tempat itu sering dikunjungi para Maharesi. 
Carilah Dewi Sita di gua-gua di hutan-hutan yang berbahaya, di taman-taman dan pulau-pulau kecil di sekitar tepi sungai itu. Engaku akan menjumpai sebuah laut yang berombak besar, yang dihuni oleh para Asura, yang karena laparnya akan memakan segala binatang. Hitam warna laut di sana. Laut itu didiami pula oleh ular-ular besar. 
Carilah olehmu jalan pelayaran menuju ke laut berwarna merah. Di laut itu tumbuhlah pohon Salmali (kapuk) yang menjulang tinggi, tempat berdiamnya Garuda. Burung besar lainnya bergantungan di pohon itu memanaskan diri di siang hari. Tempat itu dibangun oleh Bismakarma (Bhagawan Wiswakarma)
Selanjutnya engaku akan tiba di laut yang airnya berwarna putih. Di daratan akan kelihatan gunung yang berwarna putih, yang bernama Risabha (bukit karang di Madura). Tiada Jauh di sana terdapat sebuah danau, yang bernama Sudarsana (laut atau selat antara Madura dengan Surabaya)
Di tepi danau itu bertumbuhanlah teratai-teratai yang putih. Danau itu kerap kali dikunjungi angsa-angsa, Widyadara dan Widyadari
Lepas dari sana ada laut yang berombak besar dan membahayakan. Di daratannya tampak : gunung berapi, di kejauhan, yang bernama Brahma Resi Ora (Gunung Bromo)
Apinya itulah yang akan membakar seluruh isi alam dunia ini, baik terhadap yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Suara pancaran apinya akan terdengar dari jauh. Arah sebelah utara laut itu terlihat lagi pegunungan berwarna seperti emas, yaitu Kanakasila, pegunungan itu panjang. Itulah tempat bermukimnya Anantabhoga (Basuki), seekor naga besar yang meemlihara ala mini dan dihormati oleh para dewa”.
“Lewat dari sana akan engkau jumpai gunung Udaya (Gunung Agung), yang dikitari oleh puncak-puncak kecil. 
  • Di sanalah tumbuhnya bunga-bunga yang berwarna kuning dengan pohon-pohon pisang kapuk, lontar dan ijuk. 
  • Puncaknya yang tertinggi bernama Saumana”. 
Ketika Wisnu mengukur dunia ini dengan tiga langkah kakinya itu pada zaman purwa, beliau menginjakkan kakinya yang pertama di puncak Gunung Udaya itu, sedangkan kakinya yang kedua diinjakkan di Gunung Semeru. 
Pada saat rembang tengah hari, Jambudwipa dapat dilihat dari arah utara gunung ini. Di sanalah tempat bertapa para Maharesi seperti : Waikhanasa, Walakhila dan lain-lain. Berkat pertapaan para Maharesi itulah, roh-roh kita disinari Nur-Kebenaran”.
Tiada jauh dari sana terdapatlah Pulau Sudarsana. Dari cahaya matahari sore nampaknya seperti emas. Gunung Udaya itu merupakan pintu gerbang sorga, tempat terbitnya matahari dan dikatakan timur dunia. 
Carilah Dewi Sita di sana tiada satu juwapun dapat melewati gunung itu, karena setelah dari sana, suasana gelap belaka, tiada satupun yang dapat dilihat. Carilah Dewi Sita ditempat-tempat lain yang belum aku sebutkan, usahakan sampai dapat, barulah engkau kembali selekas mungkin. 
Bila tidak jiwamu akan jadi taruhannya. Berangkatlah wahai Wanara sekalian. Kembalilah pulang dengan berhasil!” (Ramayana)
Demikianlah penjelasan-penjelasan widya wahana dalam masuknya pengaruh Hindu di Bali yang  disebutkan diucapkan oleh Sugriwa bagi para Wanara, yang berisikan pengetahuan tentang suasana alam Pulau Jawa, Bali dan lain-lain tempat lagi. 
Gambaran yang diberikan oleh buku Ramayana itu sesuai benar dengan gunung-gunung, sungai-sungai, danau-danau yang terdapat di Pulau Jawa. Hai ini akan lebih jelas, bila kita menumpangi kapal laut dari Jakarta menuju ke Benoa (Bali Selatan). 
Dari pantai Jakarta ke arah timur, akan nampak gunung Sisira (Gunung Cerme), kemudian sungai Soma (Bengawan Solo). Arah ke timur lagi bukit-bukit kecil (bukit karang Madura). Di dekatnya terdapat danau Sudarsana (Selat Madura), kea rah timur lagi berdiri pegunungan berapi Brahma Resi Ora (yaitu pengunungan Bromo)
Ingat kata Bromo diambil dari kata Brahma. 
Arah ke utara gunung Kanakasila, tempat tinggalnya Naga Anantabhoga, yang dalam cerita-cerita dongeng atau Purana disebut juga Naga Wasuki. Maksudnya adalah daerah Basuki. 
Dari Basuki ke Gunung Agung banyak sekali gunung-gunung kecil. Begitulah keterangan Sugriwa bila dipersingkat. Selanjutnya nama Bali Dwipa di ambil dari Gunung Udaya disebutkan sebagai tempat bertahtanya Maharaja Bali, yang kemudian setelah dikalahkan oleh Betara Wamana (penjelmaan Wisnu), lalu Wisnu menginjakkan kaki pertamanya di puncak gunung tersebut.
***