Dwi Wara

Dwi Wara (Dwiwara) adalah keberadaan dua wujud yang berbeda di alam ini yaitu menga dan pepet dengan urip wewaran disebutkan dengan angka genap ganjil :
  • Menga dengan jumlah uripnya : 5 sebagai simbol terbuka keberadaan siang dan terang.
  • Pepet dengan jumlah uripnya : 4 sebagai simbol tertutup keberadaan malam dan gelap.
Lahirnya Dwiwara ini dalam transkripsi Lontar Bhagawan Garga, 3-4 sumber kutipan wewaran sebagaimana diceritakan, 

Dahulu kala ”Ada tersebut sinar suci melayang-layang, beliau itu dewa suci yang disebut Sang Hyang Licin, wujudnya sangat gaib dan sangat suci, bermacam-macam wujudnya di alam semesta yang kosong ini, itulah sebabnya berwujud Sang Hyang Tuduh, Ia itulah juga Sang Hyang Licin, beliau yang ada pertama kali, tanpa ayah dan ibu. 
  • Beryogalah Sang Hyang Licin, lahirlah dua hal yaitu positif dan negatif yaitu Sang Hyang Rahu dan Sang Hyang Ketu. 
    • Kala Rahu, Sang Hyang Rahu menciptakan semua Kala
    • Sang Ketu itu menciptakan para Dewa dan Wewaran selanjutnya.
Kemudian lahir wuku Sinta dan Sungsang maka ada Dwiwara yaitu Menga, Pepet; inilah yang menyebabkan adanya hari baik buruk (ala ayuning dewasa).
  • Sang Hyang Menga menjadi siangnya Sang Hyang Rahu; 
  • Hyang Pepet menjadi malamnya Sang Hyang Ketu.
Dwi wara dalam kutipan cakrawayu, juga disebutkan
  • Sanghyang Rau yang mengadakan wengi ( malam ) dan 
  • Sanghyang Ketu mengadakan rahina ( siang ). 
Terbuka dan tertutupnya siang dan malam ini, di mana Matahari terbit dari Timur dan terbenam di Barat yang pengaruhnya terhadap Watak Kelahiran manusia,
  • Menge berada di bawah naungan Sanghyang Kalima, yang mana Sanghyang Kalima berasal dari lima sinar ( dewa/div ). Seseorang yang terlahir kembali pada dina menge, salah satunya menandakan bahwa dia sudah banyak mempunyai tabungan subha karma yang baik dan benar. Menge urip-nya 5.
  • Pepet dinaungi Sanghyang Timira. Seseorang yang lahir pada dina pepet disinyalir karena saratnya beban duniawi yang dibawanya pada karma wasana kehidupan terdahulu, yang tercatat pada alam bawah sadarnya. Keterikatan duniawi, atau pun melakukan perbuatan di wilayah sapta timira di antaranya menjadi penyebab samsara kelahiran berulang-ulang. Pepet urip 4.
***