Mausala Parwa

Mausala Parwa | parwa ke 16 dari Epos Mahabhrata, dalam Mausalaparwa ini mengisahkan setelah perang besar bharata yudha tersebut berakhir, terjadilah pertanda-pertanda alam yang buruk maknanya. Maharaja Yudistira menyadari akan adanya tanda-tanda ini, 
  • Angin kering bertiup kencang, debu, pasir, dan bahkan batu-batu kerikil beterbangan dari berbagai penjuru. 
  • Kaki langit seolah-olah tertutup mendung tebal. 
  • Cirit bintang berjatuhan menghantam bumi dengan bara panas berpijar. 
  • Matahari bagaikan selalu tertutup debu.
Dalam beberapa kutipan dari Mausala Parwa ini sebagaimana juga dikisahkan,
  • Pada suatu hari, beberapa orang ksatri bangsa Wrishni, Sarana, salah seorang dari antaranya melihat kedatangan para rsi, yaitu Wiswamitra, Kanwa, dan Narada mengunjungi ibu kota kerajaan Dwaraka. 
    • Kelompok ksatria ini, karena memang telah terkena kutuk dewata, 
    • mencoba mengelabui para Brahmana itu, yaitu dengan mengajukan suatu pertanyaan yang sangat menghina sifatnya.
  • Setelah mengucapkan kata-kata kutukan tersebut, ketiga brahmana maha sakti itu meneruskan perjalanannya keistana untuk berjumpa dengan Kesawa.
  • Sanghyang Kala Penyebar Maut | terus menerus mengembara dari rumah ke rumah untuk menyebar maut. 
    • Sering orang melihat manusia hitam dan menyeramkan berkepala botak mamasuki rumah-rumah. 
    • Para ahli mamanah telah berkali-kali mencoba menembaknya, namun semua mereka itu gagal membunuhnya. 
    • Dia itulah sebenarnya Sang Kala, pemusnah segala makhluk.
  • Pada waktu itu kaum wanita bangsa Wrishni setiap malam bermimpi bahwa seorang wanita berkulit hitam legam dan bergigi putih telah muncul memasuki rumah-rumah dan tertawa berbahak-bahak, berlarilari seperti gila di jalan-jalan kota Dwaraka, serta merebut benang-benang tridatu yang dibelitkan pada pergelangan tangan para penduduk. 
    • Kaum laki-laki pun bermimpi bahwa seekor burung sangat dahsyat telah memasuki rumah mereka dan mengobrak-abrik tempat pemujaan serta mencuri pusaka-pusaka keramat seperti payung, keris, dan sebagainya.
  • Tewasnya Khrisna, Tubuhnya rebah terlentang dalam keadaan samadhi tingkat yang tertinggi. Tiba-tiba muncul di tempat itu seorang pemburu bernama Jara. Ia sedang memburu kijang. Kesawa yang terlentang di tanah sepintas lalu disangkanya seekor kijang. Panah terlepas dari busurnya, melesat dan menancap tepat ditelapak kaki Krishna. 
    • Jara menjadi pucat karena yang disangkanya kijang itu ternyata seorang pertapa berjubah kuning dan sedang melakukan yoga
    • Ia gemetar setelah melihat roh suci Krishna telah keluar dengan tangan-tangan banyak sekali, menjulur-julur keluar. 
    • Jara memohon ampun, menyembah serta memegangi kaki Krishna.
  • Kesedihan Menyelimuti Kota Drawaka | Pandawa menerima berita kehancuran bangsa-bangsa Wrishni, Bhoja, Andhakasa, dan Kukura itu sangat terkejut dan sedih. Pengunduran diri Krishna ke alam kekal merupakan suatu berita yang sulit dipercaya.
  • Arjuna Menyaksikan Kehancuran Bangsa Yadu, Ceritakanlah kepadanya semua yang terjadi.
  • Wasudewa Mangkat, dan 
  • Nasihat Maharsi Wyasa Kepada Arjuna, Rsi Wyasa bersabda. 
    • ”para pahlawan kereta bangsa Wrishni dan Andhakasa semuanya telah dimusnahkan oleh kutukan Brahmana. 
    • Karena itu janganlah dirisaukan lagi akan kehancuran mereka. 
      • Apa yang terjadi dengan bangsa-bangsa itu memang dahulu telah ditetapkan. 
      • Itulah takdir yang sama sekali tidak mungkin lagi untuk diletakkan. 
      • Kejadian itu memang harus dihadapi oleh para pahlawan itu.
***