Nama Khas Nak Bali

Nama Khas Nak Bali sebagai penanda urutan kelahiran yang diberikan saat nyambutin dan juga pemberian nama khas tersebut yang dalam beberapa pengertiannya yaitu :
Sejatinya pemberian nama kepada bayi mengandung nilai sakral karena dilakukan di hadapan Ida Bethara Kemulan. Oleh karena itu dalam upacara tiga bulanan dalam tri purusha disebutkan bahwa :
  • karena sebagai identitas, nama seseorang tidak boleh diganti oleh siapapun 
  • kecuali oleh atau minta persetujuan kepada ayah-ibu kandungnya kembali dan dengan upacara tertentu.
Sebagai Penanda urutan kelahiran, menurut "sastra kanda pat sari" dalam pengertian nama orang di Bali dijelaskan bahwa, Nama-nama depan khas Bali itu sejatinya merupakan penanda urutan kelahiran sang anak, dari pertama hingga keempat, yaitu sebagai berikut:
  • Wayan, merupakan anak pertama biasanya diberi awalan “Wayan” diambil dari kata wayahan yang artinya tertua / lebih tua, yang paling matang. 
    • Selain Wayan, nama depan untuk anak pertama juga kerap kali digunakan 
      • Putu artinya cucu
      • atau Gede besar / lebih besar
      • untuk anak perempuan kadang diberi tambahan kata “Luh” yang nantinya diharapkan menjadi luh luwih sebagai wanita mulia.
  • Made, diambil dari kata madya (tengah) sehingga digunakan sebagai nama depan anak kedua. Di beberapa daerah di Bali, anak kedua juga kerap diberi nama depan,
    • "Nengah" yang juga diambil dari kata tengah. 
    • “Kadek” merupakan serapan dari “adi” yang kemudian menjadi “adek” yang bermakna utama, atau adik.
  • "Nyoman" atau "Komang", nama depan untuk anak ketiga yang  konon diambil dari kata nyeman (lebih tawar) yang mengambil perbandingan kepada lapisan kulit pohon pisang, di mana ada bagian yang selapis sebelum kulit terluar yang rasanya cukup tawar. 
    • Nyoman ini konon berasal dari serapan “anom + an” yang bermakna muda.  
    • Kemudian dalam perkembangan menjadi komang yang secara etimologis berasal dari kata uman.
  • Ketut, nama depan untuk anak keempat : diawali dengan sebutan “Ketut”, yang merupakan serapan “ke + tuut” – ngetut yang bermakna mengikuti mengikuti atau mengekor. Ada juga yang mengkaitkan dengan kata kuno Kitut yang berarti sebuah pisang kecil di ujung terluar dari sesisir pisang.
Sedangkan untuk membedakan jenis kelamin, orang bali mengawali setiap nama dengan menambah satu kata lagi, yaitu
  • Awalan “I” untuk anak lelaki
  • Awalan “Ni” untuk anak perempuan 
Selain menunjukkan urutan kelahiran, ada nama depan tertentu yang menunjukkan soroh / wangsa keturunan tertentu di bali. Penamaan berdasarkan ini merupakan gelar warisan turun temurun yang melekat pada keturunan orang Bali yang dulunya memiliki kelas tersendiri berdasarkan profesinya.

Sedangkan berkaitan dengan upacara mengganti nama setelah pawiwahan sebagaimana disebutkan yaitu :
pergantian nama tersebut sebaiknya disebutkan diadakan di Sanggah Pamerajan atau Sanggah Kemulan pradana (pihak wanita) dengan banten pejati dan pamegat sot bertujuan ngaturang piuning kepada Bhatara Hyang Guru.
Dan terlepas itu benar atau salah, orang Bali biasanya tidak pernah mempersalahkannya dengan nama panggilan sapaan untuk keakraban seperti :
  • "Gus" atau "Gek" untuk panggilan bagi anak-anak atau sepertinya lebih keil dari kita.
  • “Bli” untuk setiap pria atau "Mbok" untuk setiap wanita yang sepertinya lebih dewasa ditemui.
Nama Trah :
  • Trah Predewa sebagai keturunan dari zaman kejayaan kerajaan-kerajaan di Bali.
  • Ida Ayu (disingkat Dayu) pada zaman dahulu nama salah satu putri dari Danghyang Nirartha.
***