Sundara Kanda

Sundara Kanda adalah kitab keenam dari Epos Ramayana yang mengisahkan tentang perjalanan Hanoman ke Negeri Alengka sebagai teliksandi atau mata-mata.

Dalam cerita ini ditekankan pada kesetiaan dari Hanoman terhadap rama. Seperti yang diceritakan anasuya-pativrata dalam Sundara Kanda, kesaktian Hanoman terlihat pada :
Ketulusan dan kesungguhannya membuatnya bisa menyebrangi lautan yang luas. 
Disini dapat kita lihat, dengan kesungguhan dan kerulusan maka segala sesuatu yang mustahil sekalipun dapat di kerjakan. 
Sita merupakan seorang pativrata yang sejati merupakan contoh seorang istri yang sejati. 
Meskipun berlimpah harta yang ditawarkan Rahwana padanya ia tetap memegang prinsipnya setia pada sang Rama. 
Bahkan ia lebih memilih mati dari pada menerima rahwana. Rahwana merupakan pribadi yang tamak dan terlalu ingin menjadi budak dari nafsu. Ia melupakan apa yang ia pahami tentang dharma.
Hanoman merupakan keturunan dari Brahma; ia mencerminkan pribadi yang sangat hormat pada leluhur
Ia merelakan dirinya terkena brahmastra karena ia menghormati Brahma. 
Selain itu juga hanoman merupakan pribadi yang jujur dan selalu menganggap dirinya adalah pelayan dharma.

Dari sundara kanda dapat kita lihat permulaan dari tegaknya dharma yang mulai dilupakan. Kebenaran bahwa tidak seharusnya rahwana menculik sita, ketidak benaran yang selama ini dilakukan oleh rahwana merupakan dasar dari turunnya awatara kedunia.
Kesombongan dari rahwana mulai terkikis saat mulai datangnya hanoman ke lengka dan membakar kota lengka. Disini dapat kita dapatkan nilai-nilai yang patut untuk kita tiru dan yang tidak layak untuk ditiru. Sita, dan hanoman patutlah kita jadikan pedoman. Sedangkan rahwana dan semua yang menjadi pengikutnya merupakan contoh yang kurang baik untuk ditiru.
Dalam kanda ini tertanam nilai-nilai yang mencerminkan mulai bangkitnya dharma. Dan kesetiaan yang tanpa batas.
***