Rsi Jaimini adalah seorang rohaniawan yang dahulu menghimpun kembali mantra kedalam kitab sama weda dan mendirikan ajaran mimamsa yang berkaitan dengan dasar-dasar dharma yang menyangkut tentang nilai-nilai atau norma-norma yang ada pada diri manusia.
Pada tahun 400 SM, dalam sebuah makalah mimamsa dharsana diceritakan bahwa Beliau juga disebutkan merupakan murid dari Maha Rsi Vyasa. Beliau menulis kitab Mimamsa Sutra yang menjadi sumber pokok ajaran Mimamsa. Dalam perkembangannya, muncullah kitab komentar terhadap Mimamsa Sutra yang ditulis oleh Sabaraswamin.
Komentar ini diterangkan dengan cara berbeda oleh Kumarila Batta dan pengikut Prabhakara, dimana pokok ajaran mereka pada prinsipnya tidak berbeda. Mimamsa dibedakan menjadi dua, yaitu Purva Mimamsa dan Uttara Mimamsa yang disebut juga dengan Vedanta.
Purva Mimamsa atau Karma Mimamsa adalah penyelidikan ke dalam bagian yang lebih awal dari kitab suci Veda, suatu pencarian ke dalam ritual-ritual Veda atau bagian Veda yang hanya berurusan dengan masalah mantra dan Brahmana saja.
Disebut Purva Mimamsa karena ia lebih awal (purva) dari pada Uttara Mimamsa (Vedanta), dalam pengertian logika, dan tidak demikian banyak dalam pengertian kronologis.
Sistem filsafat Mimamsa merupakan system filsafat India yang secara langsung berkaitan dengan Veda. Kata ‘Mimamsa’ berarti menganalisa dan memahami seluruhnya.
Bagi Jaimini, kitab suci Veda secara praktis hanyalah Tuhan semata, dan Veda yang abadi tersebut tidak memerlukan dasar apapun untuk sandarannya.
Tak ada pewahyu Ilahi, karena Veda itu sendiri merupakan otoritasnya, yang merupakan satu-satunya sumber pengetahuan Dharma kita.
Dalam sistem Mimamsa tak diperlukan adanya Tuhan. Sutra pertama dari Mimamsa sutra berbunyi: “Athato Dharmajijnasa”, yang menyatakan keseluruhan tujuan dari sistemnya yaitu:
Satu keinginan untuk mengetahui Dharma atau kewajiban, yang terkandung dalam pelaksanaan upacara-upacara dan kurban-kurban yang diuraikan oleh kitab suci Veda. Dharma itu sendiri memberikan ganjarannya.
***