Mpu Ragarunting

Mpu Ragarunting adalah salah satu dari sapta resi yang merupakan putra kelima dari Mpu Gnijaya. Dan tersebutlah, sebagaimana kisahnya dalam sumber kutipan babad pasek, Mpu Ragarunting memiliki putra dan putri yaitu : 
  • Mpu Paramadaksa beristrikan Ni Dewi Amrthajiwa anaknya Mpu Ciwagandu.
  • Ni Wirarunting diperistrikan oleh Sang Prateka anaknya Mpu Pratekayadnya. (cucu dari Mpu Prateka).
  • Ni kamareka diperistri oleh Sang Wira dangka anaknya Mpu Wiradangka.
  • Ni Swarareka diperistri oleh Arya Kepasekan.
Demikianlah keadaanya sewaktu di Majapahit yang sebagaimana dijelaskan pula dalam Lontar Babad Gajah Maddha, beliaulah Mpu Ragarunting yang mensucikan orang tua dari Gajah Mada yaitu Mpu Curadharmayogi dan Patni Nariratih sebagai pendeta yang sewala brahmacari” yang sebenarnya tidak boleh berhubungan layaknya suami istri lagi.

Sebagaimana pula dikisahkan dalam sumber kutipan Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (resume lengkap babad pasek), Putra beliau yang bernama Mpu Paramadaksa diceritakan pergi ke Pasuruhan, lalu kemudian ke Majapahit. Di sana beliau berputra :
  • Mpu Wira Ragarunting
  • Ni Ayu Wira Ragarunting, dan
  • Ni Ayu Wira Runting.
Kemudian Mpu Wira Ragarunting diseritakan menurunkan putra - putra yaitu :
  1. De Pasek Lurah Kabayan memiliki putra :
    1. De Pasek Lurah Kabayan Wangaya
    2. De Pasek Kabayan Penebel
  2. De Pasek Lurah Tutuwan menikah dengan Gunaraksa, memiliki putra :
    • I Made Bendesa Banjar Crutcut
  3. De Pasek Lurah Salahin. 
    • De Pasek Salahin Tojan
      •  I Wayan Kabayan Tulamben
Kemudian keturunan Mpu Ragarunting tersebar di Bali dengan pungkusan masing-masing diantaranya Pasek Salahin, Pasek Kubayan dan Pasek Tutuwan.

Dalam kutipan Babad Pasek Gelgel disebutkan pula, ternyata Gunaraksa yang merupakan istri dari De Pasek Lurah Tutuwan merupakan putri dari Arya Timbul atau Arya Buru yang sekaligus cucu dari Raja Airlangga di Daha, yang mana saat itu dikisahkan Arya Buru / Arya Timbul diperintahkan oleh Raja Airlangga pindah ke Bali dengan diberikan rakyat sebanyak 200 orang. 

Setelah berjalannya waktu, tatkala pelebonan atau upacara ngaben Arya Buru / Arya Timbul meninggal dunia, tersebutlah saat De Pasek Lurah Tutuwan melakukan sembah bhakti yang terakhir kali kepada mertuanya, terjadilah keanehan yakni tembok sebuah bale di tempat upacara yadnya tersebut terpecahlah menjadi dua bagian. Demikianlah disebutkan beberapa kisah para keturunan Mpu Ragarunting di Bali.
***