Dualisme

Dualisme adalah dua hal atau sifat yang berbeda namun tetap berjalan beriringan.

Dan sudah menjadi kodrat alam dimana rwa bhineda dalam kehidupan ini akan selalu beiringan dan tak terpisahkan yang hendaknya disebutkan agar selalu dapat diseimbangkan.

Dalam tradisi di Bali disebutkan : 

  • Keberadaan Barong Ket menggambarkan tentang dualisme tersebut dimana kebajikan dharma Barong akan selalu menang di dunia ini dan mengalahkan kejahatan (rangda). Barong Ket dianggap sebagai simbol kebaikan.
  • Ktika hari pengrupukan. Sang Bhuta Kala diberi upah berupa pecaruan, lalu disomya, disadarkan agar kembali ke asalnya. 
Dualisme itu ada dan harus diseimbangkan.

Dalam Hindu Dharma dikatakan bahwa ketika engkau merasa bahagia, maka kemungkinan engkau juga akan mengalami kesedihan yang sama besarnya pula dalam menjalani suka duka kehidupan ini. 
Sehingga rasa takut kehilangan kebahagiaan akan menghantuimu. Bila engkau telah sadar, bahwa dualisme kehidupan di dunia ini kemungkinan akan terjadi pada dirimu. Semestinya hal tersebut dapat membangunkanmu dari kemalasan dan kesombongan yang ada pada dirimu. Hadapilah dualisme kehidupan ini dengan ketabahan (thithiksha).

Inilah disiplin spiritual dalam dualisme kehidupan;
Menerima tanpa mengeluh dengan ketenangan batin dan kedamaian adalah jalan menuju kebebasan (moksa).
    • Kesabaran ( Sahana ) akan mengajarkan untuk dapat menerima segala sesuatu tanpa mengeluh, sebab engkau tidak memiliki pilihan lain, karena tidak mempunyai kapasitas untuk mengatasinya. 
    • Dan dengan ketabahan ( Thithiksha ) akan membuat engkau memiliki kapasitas untuk dapat mengatasinya. [Ref/Wayan Adnyana/Artikel HinduFB]
Dalam makna melakukan Tri SandhyaBhagavadgita (BG), II.45 menyebutkan agar kita hendaknya dapat membebaskan diri dari pengaruh Tri Guna, dan juga menyeimbangkan dualisme dengan memusatkan pikiran kepada kesucian dan melepaskan diri dari ikatan duniawi dengan cara memusatkan pikiran kepada kesucian (Tuhan, Ida Sanghyang Widhi Wasa).

***