Dan sampai saat ini, dalam tradisi seni ukiran atau relief patra-patra di Bali terlihat banyak menggunakan bentuk tumbuhan merambat dan menjalar yang mengandung sarat makna.
Dalam perkembangannya, sebatang tumbuh-tumbuhan "jalar" mengembara di tanah mencari sebatang pohon untuk melilitkan batang padanya.
Demikian pula halnya disebutkan dalam hidup ini, hendaknya pikiran dan indera kita, kita lilitkan hanya padaNya sehingga akan dapat memberikan tarikan kebhaktian yang mendalam dan terus-menerus dengan latar belakang kebenaran.
Setelah menemukannya, ia melilit pada pohon itu di semua penjuru; yang akhirnya, penyatuannya sulit untuk bisa dipisahkan daripadanya.
Rasa bhakti akan menjadi penghubung antara kita dengan Tuhan;
Kita akan merasa tidak berbahagia jika tidak menghubungkan diri dan terpisah denganNya.
Demikian pula pada saatnya nanti, kita pun akan merindukan penyatuan diri (moksa) dengan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sanghyang Widhi Wasa sebagai pencipta.
***