Semangat yadnya juga harusnya dapat membangkitkan semangat usaha, sekaligus membangun ekonomi kerakyatan serta terbangunnya kesadaran dan bangkitnya etos kerja umat yang terbangun dalam wujud kebersamaan akibat kekokohan interaksi sosial yang dilandasi gotong royong.
Diceritakan seorang ibu dalam satua ring sisin rurung yang sedang menunggu dagang canang langganannya usai metanding, dan siap menyerahkan sebungkus canang untuknya. Kemudian diapun menerima bungkusan itu seraya membayar..
"Matur suksma bu..!!" ucap dagang canang itu.. sesaat setelah menerima uang dari ibu itu..
"Dumogi laris nggih, bu..!!""Astungkara mesari bu..
Disaat situasi seperti ini.. Suami tyang sampun tiga bulan tidak bekerja..
Aget tyang medagang canang bu.. Tetep tyang polih rejeki..!!" dagang canang itu.. berucap penuh rasa syukur..
Seusai sembahyang.. Teringat lagi dia dengan kata-kata dagang canang tadi.. Dia kemuadian merenung..
Bahwasannya yadnya, bakti.. yang baru saja dia laksanakan.. Ternyata, tidaklah hanya semata-mata doa, rasa syukur, bakti.. permohonan pribadi saja.. Tetapi.. bakti kita dengan sarana canang yang sekecil ini dan sesederhana ini.. yang baru saja kita laksanakan rupanya telah turut pula membagi rasa syukur kita atas rejeki dan karunia dariNya kepada dagang canang..
Dan pedagang canang itu.. tentulah pula telah menjadikan para pedagang janur dan bunga di pasar juga bersyukur atas rejeki yang diperolehnya..
Pedagang janur dan bunga di pasar.. akhirnya membuat para petani tersenyum bersama keluarga mereka..
Astungkara, menjadi sadarlah kita..! Begitu mulianya warisan para leluhur Bali tentang tatacara ritual meagama Hindu Bali ini. Dalam rangkaian banten, yadnya dan bakti.. Tanpa pernah kita sadari.. ternyata ia telah mampu memutar roda perekonomian, meramaikan pasar dan menghidupi umatnya..
***