Sekar

Sekar yang dalam Bahasa Balinya disebutkan sebagai berikut :
  • Warna-warni bunga yang tumbuh mekar di halaman rumah.
Dimana dalam pembuatan canang sari, disebutkan penataan bunga berdasarkan warnanya di atas Sampian Urasari diatur dengan etika dan tattwa, harus sesuai dengan pengider-ider (tempat) Panca Dewata.
  • Disebut sekar alit sebagai kelompok seni suara yang dalam babad Bali biasa disebut tembang macapat, gaguritan atau pupuh, terikat oleh hukum Padalingsa yang terdiri dari guru wilang dan guru dingdong. 
    • Guru wilang adalah ketentuan yang mengikat jumlah baris pada setiap satu macam pupuh (lagu) serta banyaknya bilangan suku kata pada setiap barisnya. 
    • Bila terjadi pelanggaran atas guru wilang ini maka kesalahan ini disebut elung.
Sebagai gambaran hidup,
Diceritakan pada zaman dahulu, tampak seseorang sisya (murid) bertanya kepada gurunya:
"Bagaimana caranya agar kita mendapatkan sesuatu yang paling sempurna dalam hidup ini ?"Sang Guru menjawab:
"Berjalanlah lurus di taman bunga, lalu petiklah bunga yang paling indah menurutmu dan jangan pernah kembali ke belakang."
Setelah berjalan dan sampai di ujung taman, murid tersebut kembali dengan tangan hampa, lalu Sang Guru bertanya:
"Mengapa kamu tidak mendapatkan bunga satu pun?"
Sebenarnya tadi aku sudah menemukannya tapi aku tidak memetiknya, karena aku pikir mungkin yang di depan pasti ada yang lebih indah
Namun ketika aku sudah sampai di ujung, aku baru sadar bahwa yang aku lihat tadi adalah yang terindah dan aku pun tak bisa kembali ke belakang lagi ..!"
Sambil tersenyum, Sang Guru berkata:
"Ya, itulah hidup .. 
Semakin kita mencari kesempurnaan, semakin pula kita tak akan pernah mendapatkannya, karena sejatinya kesempurnaan yang hakiki tidak pernah ada, yang ada hanyalah keikhlasan hati kita untuk menerima kekurangan hidup ini .."
    • Bila tak bisa memberi, jangan mengambil.
    • Bila mengasihi terlalu sulit, jangan membenci.
    • Bila tak mampu menghibur orang, jangan membuatnya sedih.
    • Bila tak mungkin meringankan beban orang lain, jangan mempersulit/memberatkannya
    • Bila tak sanggup memuji, jangan menghujat.
    • Bila tak bisa menghargai, jangan menghina.
Sebagaimana yang tersirat dalam kutipan cerita Hindu tersebut, hendaknya kita disebutkan jangan mencari kesempurnaan tapi sempurnakanlah apa yang telah ada pada diri kita.
***