Duka Lara

Duka Lara adalah cobaan hidup dan rintangan yang datang silih berganti sebagai pembelajaran menuju penerimaan terhadap keniscayaan dualitas semesta. 
Dan dikatakan bahwa, jadikan keduanya sebagai pengingat agar tidak mudah melekat pada kehidupan duniawi yang tidak abadi ini. 
Untuk memahami hal tersebut, mungkin dapat diceritakan dalam sebuah cerita "Batu Kecil" berikut ini :
Contohnya dikisahkan seorang mandor bangunan yg berada di lantai 5 ingin memanggil pekerjanya yang lagi bekerja di bawah.
Setelah sang mandor berkali-kali berteriak memanggil, si pekerja tidak dapat mendengar karena fokus pada pekerjaannya dan bisingnya alat bangunan.

Sang mandor terus berusaha agar si pekerja mau menoleh ke atas, dilemparnya Rp. 1.000- yg jatuh tepat di sebelah si pekerja.
Si pekerja hanya memungut Rp 1.000 tersebut dan melanjutkan pekerjaannya.

Sang mandor akhirnya melemparkan Rp 100.000 dan berharap si pekerja mau menengadah "sebentar saja" ke atas.

Akan tetapi si pekerja hanya lompat kegirangan karena menemukan Rp 100.000 dan kembali asyik bekerja.
Pada akhirnya sang mandor melemparkan batu kecil yang tepat mengenai kepala si pekerja. Merasa kesakitan akhirnya si pekerja baru mau menoleh ke atas dan dapat berkomunikasi dengan sang mandor.

Cerita tersebut di atas sama dengan kehidupan kita, Tuhan selalu ingin menyapa kita, akan tetapi kita selalu sibuk mengurusi "dunia" kita.
Kita diberi rejeki sedikit maupun banyak, sering kali kita lupa untuk menengadah bersyukur kepada-NYA.
Bahkan lebih sering kita tidak mau tahu dari mana rejeki itu datang. Bahkan kita selalu bilang, "Saya lagi beruntung."
Yang lebih buruk lagi kita menjadi takabur dengan rejeki yang berasal dari Tuhan.
Jadi jangan sampai kita mendapatkan lemparan "batu kecil" yang kita sebut musibah agar kita mau menoleh kepada-NYA.
Sungguh Tuhan sangat mencintai kita. Marilah kita selalu ingat untuk menoleh kepada-NYA sebelum mendapat lemparan batu kecil.
Tuhan memberikan kita bekal yaitu suka duka lara pati agar kita pun tidak mudah melekat pada kehidupan ini hanya karena perasaan suka yang sedang dialami.
Tuhan memberikan kita suka duka lara pati sebagai cobaan hidup dan rintangan yang datang silih berganti;
Semuanya itu, mungkin saja bertujuan untuk membantu kita bisa ikhlas agar dapat bersyukur atas setiap hal yang membahagiakan, dan sebaliknya pada saat duka-lara-pati menghampiri.
Semua itu tiada lain juga disebabkan oleh Karma wasana kita sendiri, yang harus kita terima pada kehidupan sekarang ini.
Sebagaimana makna yang terkandung dalam penggunaan banten dapetan disebutkan bahwa; 
Hendaknya kita dapat mensyukurinya; Kenapa ?
Dengan mensyukuri dua dimensi kehidupan yang menimpa kehidupan kita ini, juga disebutkan merupakan hasil dari perbuatan kita sendiri; 
Sehingga dengan demikian, kita pun tidak akan terbebani olehnya.
***