Watangan Mependem

Watangan Mependem (atau Mendem Watang) adalah layon dari sang tapakan yang dikubur di tengah setra yang biasanya dilaksanakan pada saat pementasan calonarang yaitu :

  • Sejenis dengan proses mendem sawa dalam acara penguburan jenazah.
  • Namun akan kembali bangkit setelah dikubur 4 jam lebih.
Ada cerita menarik seputaran penguburan pada saat pentas calonarang dikatakan bahwa pengalaman yang sulit diungkapkan. 
Di dalam kubur, dia seperti merasakan ada angin yang bertiup lembut. Bahkan melihat leak yang datang menghampirinya. Penampakanya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. “Matanya merah,” ungkapnya.
Setelah prsesi mengubur selesai, hanya tinggal Dewa Aji seorang diri dalam gelapnya liang kubur. Demikian diungkapkan oleh BaliExpress.new dimana setelah bangkit dari kubur, Dewa Aji Ngaku lihat leak di liang lahat dalam pentas calonarang di Banjar Adat Getakan, Desa Getakan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung menyita perhatian ribuan orang. Kamis malam (13/10) hingga Jumat pagi (14/10).

Jika dicermati pengalaman dari cerita tersebut diatas dalam keyakinan umat Hndu Dharma di Bali disebutkan bahwa : 
Kalau roh / atman sang mati yang masih berstatus Preta itu tidak distanakan atau diproses di setra dengan Pura Prajapati sebagai hulunya maka sang roh akan menjadi apa yang disebut Atma Diyadiyu dan akan gentayangan ke desa-desa mengganggu kehidupan di dunia sekala.
Jadi dengan demikian, pentingnya pelaksanaan dari upacara ngaben sebagai upacara pensucian atman atau roh orang yang telah meninggal dunia untuk dapat mengembalikan unsur unsur yang melekat dalam badan kasar dan halus dari roh bersangkutan dengan tujuan untuk dapat mempercepat pengembalian unsur - unsur dari panca maha butha yang ada dalam diri manusia kepada asalnya atau ke sang pencipta, Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa dan menyelamatkan manusia dan habitatnya; menuju Jagadhita dan moksa agar mencapai kebahagiaan di akhirat kelak.
***