Dalang

Dalang adalah seorang pemangku yang memiliki banyak cerita tentang kehidupan pada masa lampau sebagai profesi dalam hal seni pewayangan untuk dapat memotivasi umat.

Dalam Lontar Dharma Pewayangan tersurat bahwa :
Mereka yang disebut sebagai dalang sejatinya memangku tugas yang amat berat.
Dikatakan memangku tugas yang cukup berat, karena dengan kondisi yang sekarang (globalisasi) sudah tentu tantangan dan hambatan sangat kompleks dan menuntut sebuah kesadaran untuk mampu memahami serta melaksanakan apa yang mesti dilakukan oleh seorang dalang.
Seperti halnya juga dijelaskan :
  • Dalam lakon yang ditampilkan dalam cerita wayang kulit sapuh leger, dimana dahulu Ki Mangku Dalang dengan keberaniannya menasehati Dewa Kala agar jangan meneruskan niatnya hendak memakan Dewa Rare Kumara, karena Dewa Kala telah memakan sesajen wayang itu sebagai tebusannya.
  • Hak seorang Pemangku Dalang dalam Seminar Kesatuan Tafsir Aspek-Aspek Agama Hindu VI tahun 1980 disebutkan bahwa : 
    • Pemangku Dalang juga tidak mendapat luput dari ngayah, karena tugasnya tidak terkait secara langsung dengan suatu pura tertentu.
  • Dalam Tutur Barong Swari juga dikisahkan asal mula dalang dan perjalanan Dewi Durga setelah dikutuk oleh Dewa Siwa.
  • Saput poleng dikenakan oleh dalang wayang kulit ketika melaksanakan pangruwatan atau penyucian.
    • Dan karena itu pula, dalang beserta wayangnya dapat diminta air suci (tirta panglukatan). 
    • Sebagai Tirta Wasuhpada yang digunakan untuk penyucian atau pembersihan agar terwujud suatu keharmonisan dan keselarasan seseorang.
  • Sebagai perlengkapan untuk upacara menanam ari-ari dalam energi spiritual Bali;
    • Tunasin ring jro dalang serta minyak kelapa (nyuh surya). 
      • Lampu Bali yang menyala melambangkan Sanghyang Surya Candra, yaitu memiliki kekuatan Widia, oleh karan itu lampu tersebut ditatabkan atu ayab. Mantra : “Om Ang Ah Surya Candra Gumelar Ye Namah Swaha“
***