Gunung Himalaya

Gunung Himalaya juga tercatat dalam naskah-naskah kuno yang berkaitan dengan jalinan sebuah peradaban di Asia Tenggara yaitu India Kuno, Jawa KunoBali Kuno dan daerah lainnya.
Karena sebuah peradaban disebutkan hendaknya juga tetap diwarisi sebab berkaitan dengan perkembangan tentang kehidupan di muka bumi ini.
Dahulu kala dikisahkan :
  • Dalam Lontar Wrhaspati Tattwa disebutkan bahwa dahulu Sanghyang Iswara pernah berstana di pucak Gunung Kailasa tersebut yaitu sebuah puncak gunung Himalaya yang dianggap suci.
    • Sebuah gunung suci dan mistis yang banyak dibangun kuil-kuil. 
  • Dalam kisah pencarian tirta amerta oleh para dewa dan raksasa di Gunung Himalaya tersebut dalam lontar adi parwa khusnya berkaitan dengan pemuteran gunung mandara giri juga dikisahkan :. 
    • Saat proses mengaduk samudera sedang berlangsung, tanpa diduga keluar racun kalakuta dari dasar samudera yang dapat membunuh semua mahluk, bahkan para dewa dan ashura - pun tidak akan selamat. 
    • Dengan penuh welas asih, tanpa ragu Dewa Shiva mengambil dan menelan racun tersebut, untuk menyelamatkan semua mahluk. 
      • Racun masuk kerongkongan beliau dengan sangat panas luar biasa yang tidak tertahankan dan tetap demikian untuk selamanya.
  • Dalam kesusastraan jawa kuno, disebutkan bahwa konon, proses tersebut terjadi pada 20-36 juta tahun yang silam. 
    • Anak benua yang di selatan sebagian terendam air laut; 
    • Sehingga yang muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan pulau yang merupakan mata rantai gunung berapi. 
Selengkapnya gugusan pulau-pulau yang berada di Asia Tenggara itulah dalam babad tanah jawa disebutkan sebagian merupakan Nuswantoro (Nusantara), yang pada zaman dahulu disebut Sweta Dwipa. 
  • Dari bagian daratan ini salah satunya adalah gugusan anak benua yang disebut Jawata, yang satu potongan bagiannya adalah pulau Jawa.
    • Jawata artinya gurunya orang Jawa. Wong dari kata Wahong, 
    • dan Tiyang dari kata Ti Hyang, yang berarti keturunan atau berasal dari Dewata. 
Konon karena itulah pulau Bali sampai kini masih dikenal sebagai Pulau Dewata, karena juga merupakan potongan dari benua Sweta Dwipa atau Jawata. 

Mengingat kalau dulunya anak benua India kuno dan Sweta Dwipa atau Jawata itu satu daerah, maka tidak heran kalau ada budayanya yang hampir sama, atau mudah saling menerima pengaruh. Juga perkembagan agama di wilayah ini, khususnya Hindu dan Budha yang nyaris sama, yang sebagaimana ditambahkan :
  • Hindu sebagai persahabatan dari keyakinan dan juga suatu gabungan filsafat yang memberikan hidangan guna perenungan bagi para pengikutnya.
  • Dimana dalam naskah Bali Kuno, penyajian ajaran Buddha tersebut diuraikan dalam lontar Tutur Buddha Sawenang yang disajikan dalam bentuk dialog antar seorang guru spiritual dalam hal ini Sang Buddha Sawenang dengan keempat muridnya.
  • Beberapa kisah lainnya juga diceritakan di gunung ini :
    • Dalam Siwa Purana, disebutkan bahwa Dewi Parwati sebagai putri dari Himawan yang memiliki kekuasaan di Pegunungan Himalaya atau Gunung Kailasa.
    • Begitu juga dalam kisah Sarwadamana yang dahulu juga pernah diceritakan menaklukkan anak benua India, dari lautan sampai Himalaya, dimana daerah kekuasaannya dikenal sebagai Bharatawarsha, yang berarti "wilayah kekuasaan Raja Bharata".
    • Dan pada suatu hari Shri Krishna datang menjenguk Upamanyu ke tempat itu dan memberikan penghormatan pada Upamanyu. 
      • Kemudian ia memberitahu Shri Krishna bahwa ia tahu siapa dirinya. 
      • Upamanyu menceritakan pada Krishna tentang Dewa Siwa. tidak ada yang lebih agung, lebih tinggi atau lebih mendalam dari Dewa Siwa.
Demikianlah sekilas sejarah Gunung Himalaya ini sebagai jalinan sebuah peradaban di Asia Tenggara.
***