Sugihan adalah bermakna untuk mensucikan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit yaitu :
- Sugihan Jawa, semoga alam ini lebih lestari.
- Sugihan Bali yang bertujuan untuk memberikan ketenangan diri.
Perayaan Sugihan dalam konteks Pelintangan dimana tradisi memuja keselamatan bumi (basugihan atau basukihan) yang telah sedemikian mengakar dan teragendakan ini dalam perhitungan wariga (kalender Bali) yang siklusnya datang setiap 210 hari sekali, kita kenal sebagai perayaan Sugihan yang tak lepas dari konteks perayaan besar Galungan.
Jika kita melihat makna ritual Sugihan, yang terbagi menjadi Sugihan Jawa dan Sugihan Bali,
Maknanya tidak lain daripada upacara selamatan dan penyucian (basugihan atau basukihan).
Perayaan Sugihan tidak lepas dari konteks perayaan Galungan dimana Sugihan merupakan momentum untuk menyambut perayaan Galungan dengan sarana Banten Pengresik (Sesaji sarana penyucian) dan Canang Burat Wangi (Bunga persembahan pengarum-arum). Pada saat perayaan Sugihan, Banten Pengeresik dan Burat Wangi menjadi saranan permohonan kesucian dan keselamatan.
Jika ditilik dari pelintangan (perhitungan penanggalan Bali),
Perayaan Sugihan Jawa jatuh pada hari dimana Aras Kembang –Tunggak Semi: Kembang terbuahi – Batang tumbuh bersemi. Dua istilah ini merujuk pada awal baik melakukan ‘penanaman dan menghidupkan’, menyemai dan meneguhkan kesadaran untuk tumbuh.
Pada Sugihan Jawa, bumi dalam pengaruh Laku Bulan – Wisesa Segara: Benderang cahaya (dan gravitasi) Bulan berpadu kekuatan laut, mereka saling ‘bersapa’. Lantas memuncak pada Galungan yang punya perangai Laku Surya – Lebu Ketiup Angin: Terang benderang Cahaya Matahari (di luar dan di dalam diri) – Debu (keruh pikiran dan kekotoran dunia) ditiup angin.Perayaan Sugihan menuju Galungan dalam tinjauan pelintangan ini, sangat terang maknanya, dari Aras Kembang –Tunggak Semi menuju Laku Surya – Lebu Ketiup Angin.
Berangkat dari kesadaran menanam dan menghidupkan tunggak dalam diri untuk tumbuh, menuju terang benderang Cahaya Matahari di dalam dan luar diri. Perayaan Sugihan adalah momentum membuka cakrawala diri agar debu pikiran habis ditiup angin.
Sebagai tambahan ;
Sebagai tambahan ;
- Pada saat Sugian ini disebutkan mantra atau doanya oleh Jro Ayu Sekar dalam salah satu postnya di Fb yaitu :
OM BRAHMA WISNU ISWARA DEWAM, JIWATMAN TRILOKANAM, SARWA JATA PRATISTANAM,SUDDHA KLESA WINASANAM, OM GURU PADUKA DIPATA YA NAMA SWAHA.
Ya Tuhan selaku Brahma, Wisnu, Iswara, yg berkenan turun menjiwai isi tri loka, semoga seluruh jagat tersucikan,bersih serta segala noda terhapuskan oleh-Mu.
***