Kasta adalah empat penggolongan catur warna dalam masyarakat berdasarkan fungsi dan
profesi yang tidak bersifat
statis.
Namun penggolongan tersebut tidak berarti bahwa masyarakat Bali dibeda - bedakan berdasarkan atas tinggi rendahnya tingkatan tersebut,
Karena pada dasarnya manusia diciptakan sama di mata Tuhan, dan orang2 Bali sebenarnya satu keturunan yang berasal dari Panca Tirtha.
Begitupun pelaksanaan upacara patiwangi dalam perkawinan nyerod tidak lagi dilaksanakan sampai sekarang karena dianggap telah bertentangan dengan hak asasi manusia.
Namun jika saja seseorang memiliki pendidikan, kehidupan yang layak dan bagaimana cara mereka menghormati orang lain,
sehingga seseorang akan tetap dihormati dan memiliki tingkatan yang jauh lebih tinggi dari golongan tersebut.Itulah sebenarnya yang perlu diluruskan sebagai masyarakat Bali sehingga terjadi keharmonisan, paras paros dan seia sekata dalam satu tujuan dan persaudaraan
karena pada dasarnya kita semua memang bersaudara.
Demikian juga tersirat dalam catatan sanakpitu, sejarah kasta di india dan bali serta kaitannya dengan catur warna
Di Indonesia sendiri, kasta juga disebutkan tidak pernah ditemukan sampai akhir kerajaan Hindu Majapahit abad 14 akhir. Kasta baru ada di Indonesia setelah kerajaan Hindu Majapahit runtuh.Bukti-bukti sejarah Kasta tidak ada di Indonesia semasa kerajaan Hindu diantaranya sebagai berikut
- Mpu Sendok, seorang Brahmana, anak-anaknya menjadi Ksatrya di Medang Kemulan
- Ken Arok, seorang penyamun di hutan-hutan Jawa Timur, dari keluarga yang bukan ksatrya ataupun brahmana. Bisa menjadi Raja (ksatrya) di Singosari.
- Mahapatih Gadjah Mada, Perdana menteri Majapahit, lahir dari keluarga yang tidak diketahui ( bukan dari keluarga atau keturunan Ksatrya maupun Brahmana), Kemudian menjadi Ksatrya terkemuka Indonesia sepanjang sejarah Indonesia
- Damar Wulan, Seorang pengangon kuda ( tukang arit rumput ), kemudian bisa menjadi Raja (Ksatrya) di Majapahit dan berganti nama menjadi Brawijaya.
- Kebo Iwa, tukang gali tanah dan tukang membuat sumur, berkat keperkasaannya bisa menjadi Patih (Ksatrya) di Bali pada masa Raja Ratna Bumi Banten.
- Ketut Kresna Kepakisan, anak seorang Brahmana dari Jawa Timur, menjadi Adipati (Ksatrya) di Samprangan Bali dengan gelar Sri Kresna Kepakisan.
- Patih Ulung, ayahnya seorang Mpu/ Brahmana, warga pasek sanak pitu, bisa menjadi Patih/Ksatrya.
- Arya Tatar - pejabat kerajaan Singosari, keponakan Kendedes. Ayah nya seorang Mpu/Brahmana - warga Pasek Sanak Pitu, bisa menjadi Ksatrya membantu bibi dan pamannya.: Ken Arok-Ken Dedes. Arya Tatar di Bali menurunkan Pasek Pidpid dan Pasek Bale Agung Buleleng yang menurunkan Ir. Soekarno
- I Gusti Agung Pasek Gelgel, katurunan seorang Mpu/Brahmana, bisa menjadi Ksatrya yaitu menjadi Raja Bali (1345-1352 M), sebelum Kresna Kepakisan diangkat sebagai raja Bali.
- Apa kasta seorang Perampok/ Bromocorah?,
- Apa Kasta seorang Pengangon Kuda?,
- Apa Kasta seorang tukang gali Sumur?.
- Ken Arok, Gadjah Mada, Damar Wulan maupun Kebo Iwa jelas bukan berasal dari kasta Brahmana,
- bukan Ksatrya,
- bukan pula Wesya.
- Tetapi bisa menjadi Ksatrya berkat proses belajar dan keterampilan yang dimilikinya. Bukan karena keturunan.
***