Catur Wara

Catur Wara merupakan siklus empat harian dalam wewaran dengan   uripnya yaitu :
  1. Sri (makmur) -> urip 6
  2. Laba (pemberian/imbalan) -> urip 5
  3. Jaya (unggul) -> urip 1
  4. Menala (sekitar daerah) -> urip 8
Sebagaimana disebutkan dalam rumus perhitungan wariga ...., Catur Wara : (Bilangan wuku x 7 + bilangan Saptawara yang dicari) : 4 = sisa.

Makna dan mithologi catur wara dalam budaya lokal Bali,
  • Sri atau Seri | kemakmuran, harus lebih banyak belajar dan rajin mencari pengetahuan baru.
  • Laba | berhasil atau pemberian. harus lebih rendah hati dan membuka diri terhadap kritik dan saran.
  • Jaya | kemenangan atau unggul. harus lebih mendalami keagamaan dan banyak bergaul dengan orang bijak.
  • Menala atau Mandala | lingkungan atau daerah. harus memperluas pergaulan.
  • Mithologi Catur Wara  disebutkan sebagai berikut :
  • Hyang Angga “ dibunuh “ empat kali, dan urip sebanyak empat kali pula, makanya Shri urip-nya 4. 
  • Sanghyang Bayu terbunuh lima kali, dan urip lima kali, makanya Laba urip-nya 5. 
  • Sanghyang Purusa terbunuh sembilan kali, urip sembilan kali, makanya Jaya urip-nya 9. 
  • Sanghyang Kencana Widhi terbunuh delapan kali, urip delapan kali, makanya Mandala urip-nya 8.
Pengaruh Catur Wara di Bhuwana Alit terhadap Watak Kelahiran ( Prewatekan manut Catur Wara )
  • Catur wara dinaungi oleh sifat-sifat Bhagawan ( Bhaga dan wan – hak dan wewenang pribadi ). Jelasnya, 
  • Catur wara menandakan manusia dilahirkan akibat perbuatan yang sewenang-wenang, terutama dalam menggunakan hak dan kewenangan yang telah diberkatkan oleh alam ( Sanghyang Embang ).
***