Bilangan

Teori bilangan mengandung berbagai masalah terbuka dalam kehidupan sehingga mudah dipahami oleh kalangan awam. 
Ibaratnya terciptanya bilangan nol disebutkan sebagai nilai terkecil dan mengawali dari setiap urutan bilangan berbagai peradaban dunia.

Seperti halnya dalam rumus perhitungan wariga :
  • Bilangan Sapta wara; Redite (0), Soma (1), Anggara (2), Budha (3), Wraspati (4), Sukra (5), Saniscara (6).
  • Bilangan Wuku; Sita (1), landep (2), ukir (3), kilantir (4), taulu (5), gumbreg (6), wariga (7), warigadean (8), julungwangi (9), sungsang (10), dunggulan (11), kuningan (12), langkir (13), medangsia (14), pujut (15), Pahang (16), krulut (17), merakih (18), tambir (19), medangkungan (20), matal (21), uye (22), menial (23), prangbakat (24), bala (25), ugu (26), wayang (27), klawu (28), dukut (29) dan watugunung (30).
Menurut catatan sejarah sebagaimana diuraikan dalam sejarah perkembangan bilangan disebutkan bahwa, 
awal mula penggunaan teori bilangan belum diketahui secara pasti karena konsepnya muncul sebelum adanya pencatatan sejarah. 

Konon, pada peradaban primitif bilangan hanya digunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam perkembangannya mereka mulai menyimbolkan bilangan dengan gambar dan huruf tertentu. 
Serangkaian simbol tersebut kemudian disebut dengan sistem numerasi.

Perkembangan kemampuan dalam teori bilangan antar bangsa berbeda-beda. Terkadang konsep bilangan suatu bangsa merupakan hasil adopsi dan adaptasi, sehingga perkembangannya bergantung pada kemajuan peradaban bangsa dan interaksi dengan bangsa lain seperti halnya dalam perkembangan teori bilangan mulai dari peradaban bangsa Babilonia, bangsa Mesir, bangsa Cina Kuno, bangsa Maya, bangsa Yunani, bangsa Romawi, bangsa India, hingga bangsa Arab dll.

Dan dalam kajian pustaka terkait perkembangan matematika peradaban kuno; 
Sebelum mengenal angka 0 pada zaman dahulu, bila orang India Kuno misalnya ingin menulis bilangan empat ratus delapan maka ditulis tanda khusus diantara angka empat dan angka delapan agar dapat dibedakan dengan penulisan angka empat puluh delapan. 

Tanda khusus itu diberi nama kha yang artinya kosong atau lubang yang dilambangkan dengan titik atau lingkaran, kemudian menjadi angka yang disebut dengan “nol” 90 . Angka nol muncul pertama kali dalam tulisan India pada tahun 400 M. Kemudian pada tahun 628 M, seorang ahli astronomi India Brahma Gupta menulis sistem astronominya yang terkenal dengan nama Siddhanta dimana dalam sistem itu Ia menggunakan sembilan angka India dan nol sebagai angka kesepuluh. 

Oleh karena itu, kini dapat dikatakan dengan terciptanya angka nol dapat dikatakan bahwa sistem bilangan India telah menjadi sistem bilangan yang lengkap.

***