Julungwangi


Julungwangi adalah salah satu wuku dengan urip 7 dan bilangan 9.

Menurut kalender Bali, pada saat anggar kasih julungwangi. Hari ini juga disebut Anggar Kasih Penguduhan yang bertujuan untuk memulai mengadakan pembersihan pada tiap-tiap parhyangan dalam rangka menyambut hari raya Galungan.

Menjaga kebersihan lingkungan di tempat suci hendaknya disebutkan agar tetap dilaksanakan dan dijaga dengan baik seperti yang terkandung dalam keseimbangan dan keharmonisan tri hita karana

Diceritakan tersebutlah pada zaman dahulu,  di sebuah gunung pertapaan...
Dengan guru-guru bermacam keahlian ilmu yg mereka dapatkan..
Uji menguji ilmu adalah kelumrahan.
Selalu ada konflik dan persaingan...

Sementara seorang pemuda tak tertarik dengan ilmu apapun.
Ia hanya mendedikasikan dirinya pada fungsi memelihara kebersihan dan memelihara lingkungan gunung pertapaan.
Dan mengabdikan dirinya sebagai penjaga kebutuhan para Guru guru berilmu yg ada di pegunungan pertapaan..

Suatu pengabdian yg diremehkan tapi sangat vital utk kelangsungan kehidupan manusia-manusia dan fungsi alam pegunungan menopang pembelajaran petualangan manusia menjelajahi keilmuan.
Karenanya ia di sayangi dan kadang di istimewakan alam..
 
Sedang para junior yg masih dalam pubertas keangkuhan pada keilmuan kanuragan yg didapat, sering cemburu dan menjadikan dia sebagai kelinci percobaan ilmu yg dipelajari.

Tapi tak satupun yg dapat mencelakainya.
Bahkan para senior-senior pun tak ada yg dapat memgalahkannya.
Dan semua kekuatan alam semesta pegunungan seolah secara alamiah melindunginya.

Ia kecil, tapi tanpa dia, maksud semesta menyelengarakan pembelajaran keilmuan bagi manusia-manusia akan timpang.
Ia dibutuhkan.!
Dia tak berilmu tapi dia justru penuh pelindungan ilmu-ilmu alamiah dari alam yg tak terkalahkan..

Hingga gurunya sendiri, yg berilmu tinggi penasaran, mencobanya dan tetap dilindungi..
Inilah buah kekuatan sebuah pengabdian total...

Sementara para manusia berilmu berkonflik dalam keilmuannya yg didapat.
Kesombongan, keangkuhan, ingin memcapai terbaik, terkenal, menjadikan diri mereka sendiri terbelenggu pada nafsu keilmuan..

Dan pemuda tersebut justru karena pengabdiannya, karena kebebasannya dari nafsu dan keinginan , karena kekosongan ketiadaan ilmu yg membelenggunya..
Karena kualitas pengabdiannya..

Ia mendulang parama terbaik dan mendapatkan perlindungan alam yg terbaik..
Maka seluruh kealamiah keilmuan di alam gunung menjadi keilmuannya yg melindungi dirinya..

Dan di ketiadaan kemelekatan dgn ilmu manusia, ia akhirnya mencapai pencerahannya terlebih dahulu dibandingkan dengan mereka yang terbelenggu oleh kemelekatan pada ilmu keduniawian..

Ketahuilah, sekuat apapun belajar ilmu agama, sekuat apapun menjalankan ritual agama, sekuat apapun menguasai kitab suci, dsbnya..
Tapi semua jika tidak berujung pada pengabdian pada keuniversalan kehidupan semesta, hasilnya sungguh akan mengecewakan..

Ketika Ilmu diperdayakan bukan utk pengabdian pada semesta, tapi lebih diperdayakan utk kepentingan sendiri, utk memuaskan ego diri dan kelompok seperti yg ada sekarang ini. Maaf tidak menyebut satu golongan.
Konflik akan ada dimana-mana karena lomba keilmuan..
Dan lomba pemuasan nafsu akan terus berlanjut..

Maka dalam agama disebutkan, Inti dari semua persembahyangan adalah berujung pada pengabdian..
  • Persembahan dengan perbuatan..
  • Pengabdian yg mencerminkan sifat sifat Ketuhanan dalam diri
Suatu sifat yg mempersembahkan dirinya utk kepentingan tumbuh kembang semesta untuk semua.

Ia yang mengabdi melindungi, maka akan dilindungi pengabdian kekuatan alam semesta..
Ia tak berilmu, tapi penuh ilmu melindunginya..

Demikian diceritakan dalam salah satu kutipan artikel Hindu Dharma di fb. 

***