Purana Dewa Tatwa

Purana Dewa Tatwa adalah teks / sastra kuno yang berisikan kisah perjalanan Hyang Aji Pasupati dan putra-putraya yang kini berstana di sapta giri.

Kisahnya disebutkan di tanah Panjang Jawa, konon beliau dahulu melakukan yoga tepatnya di Gunung Semeru yang sebagaimana dijelaskan dalam sejarah pura mojopahit/candi jajawar ampel gading-malang sumeru selatan disebutkan akhirnya beliau mengajak pula para pengikut (putra darma) 7 keti kembali ke Bali,
  1. Bhatara Hyang Agnijaya (Hyang Genijaya), yang kemudian berparhyangan di Gunung Lempuyang Luhur.
  2. Bhatara Hyang Putranjaya, yang kemudian berparhyangan di Gunung Agung
  3. Bhatara Dewi Danuh, yang kemudian berparhyangan di Ulun Danu Batur
  4. Bhatara Hyang Tugu, yang kemudian berparhyangan di Gunung Andakasa
  5. Bhatara Hyang Manik Galang, yang kemudian berparhyangan di Pejeng
  6. Bhatara Hyang Manik Gumawang, yang kemudian berparhyangan di Gunung Beratan
  7. Bhatara Hyang Tumuwuh, yang kemudian berparhyangan di Gunung Batukaru
Ida Bhatara Hyang Aji Pasupati beryoga di sungai itu, ngastawa tirta suci yang bernama Tirta Amerta Sanjiwani, Pelukatan dan Prasista untuk menyucikan sungai itu oleh Bhatara setempat tempat Beliau beryoga diberi nama Kutai.
Setelah melanjutkan perjalanan  lama-lama di Tanah Panjang Giri Semeru, disinilah beliau dan pengikutnya menetap terus membangun Meru Tumpang 11 (sebelas) dan Pelinggih Surya.
Dalam Teratai Purana Dewa Tatwa disebutkan juga bahwa :
Mpu Dwijendra menurunkan 3 (tiga) putra yaitu: 
  • Bubuksah dan Gagak Akingdua bersaudara (kakak adik) yang diuji kesaktiannya oleh seekor harimau putih saat menjalankan tapanya di tengah hutan.
  • Brahmawisesa yang menurunkan :
    • Mpu Gandring; seorang ahli pembuat keris.
    • Empu Saguna yang menurunkan Kepandaean dan Warga Pande.
Mpu Bajrasatwa menurunkan Mpu Tunuhun (Mpu Lampita), Mpu Tunuhan menurunkan Panca Pandita yaitu: Mpu Gnijaya, Mpu Semeru, Mpu Gana, Mpu Kuturunan (yang membawa lontar-lontar ke Bali) dan Mpu Baradah. 

Mpu Baradah menurunkan Mpu Siwagandu, Dyah Widawati dan Mpu Bahula. Mpu Gnijaya menurunkan Sapta Rsi...

Dalam kesempatan ini kita sebagai Rakyat, warih atau keturunan Beliau yang berstana di Pasraman Candi Jajawar, Giri Semeru Selatan. Sangat wajib melanjutkan serta membenahi kembali yasa dan bakti kita, yang telah lama kita lupakan bersama kepada Beliau. Memang pada dasar atau sepatutnya kewajiban ini, di Emban/menjadi Tanggungjawab Bangsa Indonesia. 
Oleh karena dalam menjalankan wahyu yang di terima oleh Ida Pandita Empu, Kita sebagai Umat Hindu/Rakyat Indonesia yang paling dekat tatacara menjalankan Agama kehadapan Beliau. Serta kita Hindu dari Bali dapat Anugrah dari Beliau sebagai mengawalinya. Kita merasakan bersyukur juga dengan wahyu-wahyu yang telah di terima oleh Ida Pandita Empu Nabe Dwi Prama Dharma. Sehingga keyakinan kita bersama untuk menjalankan Dharma Agama sudah bulat.
***