Barong Landung

Barong Landung juga adalah sebagai simbol akulturasi kebudayaan peradaban Bali dan China yang tetap dihormati dan lestarikan sampai saat ini dalam bentuk lanang wadon yang merupakan replika dari Raja Sri Jayapangus dan permaisurinya sebagai pengaruh kebudayaan cina pada Bali Kuno yang secara tuturan dan bukti tertulis dalam Babad Bali, Pura Balingkang adalah tempat suci yang berkaitan dengan pernikahan Raja Jaya Pangus Harkajalancana yang memerintah pada tahun saka 1103-1191 atau 1181-1269 Masehi. 

Raja Jaya Pangus diceritakan punya dua permaisuri, Paduka Bhatari Sri Parameswari Indujaketana dan Paduka Sri Mahadewi Cacangkaja Cihna -- (Cihna-Cina). 

Cerita rakyat yang berkembang menyebutkan bahwa istrinya tersebut bernama Kang Ci Wi, putri Tuan Subandar pedagang dari Cina. 

Dalam prasasti peninggalan Raja Jayapangus yang dikutip dari artikel blog Pemecutan-Bedulu-Majapahit, Jayapangus disebutkan beliau juga bergelar Ida Sang Prabu Dalem Balingkang yang beristrikan Kang Ci Wi putri Tuan Subandar.

Selanjutnya dikisahkan karena ketidaksetiaan Raja Jayapangus terhadap istrinya Kang Ci Wi dan caci maki Kang Wi Ci kepada dewi Danu, setelah beliau berdua dikutuk dan diperabukan oleh Dewi Danu yang juga sebagai istri Jayapangus, maka atas permintaan rakyat Bali pada waktu itu beliau berdua dihidupkan kembali oleh Dewi Danu sebagai Kangcingwi dan Dalem Balingkang dalam bentuk patung Barong Landung.

Barong Landung inilah dipuja oleh masyarakat Bali yang di bawa ke Balingkang. Pada saat inilah jagat Bali hidup subur, aman dan tentram. 

Setelah itu jagat Bali diperintah oleh putra dari Jayapangus dengan Dewi Danu yang bernama Mayadanawa, nah pada saat inilah Mayadanawa diceritakan menghancurkan jagat Bali ini, yang bertentangan dengan ajaran agama. Pada akhirnya Sang Hyang Indralah yang membunuh Mayadanawa dan dipastikan pada hari itu dijadikan hari Dharma melawan Adharma yang diperingati sebagai hari raya Galungan.

Sehingga sampai sekarang yaitu dua puluh satu hari sebelum Galungan diadakan ngalawang Barong Landung untuk memperingati Ida Dalem Jayapangus yang dikutuk bersama istrinya menjadi Barong Landung yang berkeliling desa untuk memberitahukan atau memperingati pada masyarakat bahwa kebenaran itu selau benar.

Demikianlah disebutkan sejarah dari Barong Landung sebagai replika dari Sri Jayapangus dan permaisurinya yang sampai sekarang tetap diperingati sebagai peringatan kemenangan dharma yang dirayakan sebelum hari raya galungan.
***