Upacara keagamaan yang dilakukan oleh
anggota subak di Bali pada garis besarnya dapat dibagi dua upacara yang
dilakukan secara perseorangan dan upacara yang dilakukan oleh kelompok
(tempek/subak). Upacara keagamaan yang dilakukan oleh para petani
adalah:
- Ngendagin yang dilakukan mulai melakukan pencakulan pertama.
- Ucapkan Mantra "Ong Bhatari Sri, Sri Wastu ya namah swaha" dengan kelengkapan sarana banten dalam lontar dharma pemaculan disebutkan dihaturkan ke sanggah sawah.
- Ngawiwit yang dilaksanakan pada waktu petani menabur benih di pembibitan.
- Mamula/nandur dilaksanakan pada saat menanam
- Neduh dilakukan pada saat padi berumur satu bulan dengan harapan agar padi tidak diserang hama penyakit
- Biukukung dilakukan pada saat padi bunting.
- Nyangket dilakukan pada saat panen.
- Mantenin dilakukan pada saat padi disimpan di lumbung (jineng) atau tempat lainnya sebelum padi diolah menjadi beras untuk pertama kalinya.
Pada tingkat tempek, upacara yang dilakukan antara lain:
Adapun upacara yang lainnya, serta harus dilakukan oleh para petani antara lain:
- Nyepi sawah, hal ini dilakukan sebagai simbolis pembersihan buana agung dan buana alit yang nantinya akan menghasilkan keseimbangan dalam kehidupan manusia.
- Nangluk merana, merupakan suatu ritual dalam rangka menolak hama yang ada di sawah dengan melaksanakan suatu upacara yang berkaitan dengan pura yang mempunyai hubungan dengan penguasa hama sehingga mereka tidak menggangu dan dapat melindungi setiap kegiatan di sawah dan ladang.
***