Panen

Panen adalah mupu dalam bahasa Balinya.
Tusing taén mupu artinya tidak pernah panen, itulah sebabnya dahulu diceritakan Made Loka pernah mesesangi agar mendapatkan hasil yang melimpah.
Ulian pamulan-mulanné makejang ngresgesang.
Apa ané pulana tusing taén masuang asil, setata mati.Taén mula jagung, telah amah uled.Taén mula séla, onya rejeng tumisi.Taén namem ubi, telah rusuhina tekén jéro ketuté.
Diceritakan oleh seorang petani bernama Ketut Kaper dikutip dari berita BaliExpress terkait dengan gagal panen;
Dia mengakui pernah beberapa kali tidak mupu (panen). Dikarenakan padinya tidak tumbuh dengan bagus. 
Di samping itu, warna daunnya juga berwarna merah kecokelatan, dan tumbuhnya juga pendek-pendek, tidak seperti padi pada umumnya. 
Tetapi, meski gagal panen, dirinya tetap melaksanakan upacara Biyu Kukung
 "Supaya tidak menjadi lebih parah, dan tetap berharap agar dikemudian hari, padi bisa tumbuh normal kembali. Baru enam bulan lalu saya gagal panen, tapi saya jalankan saja prosesinya semua. 
Sehingga sekarang bisa lumayan bagus tumbuh dan beberapa bulan lagi bisa dipanen," terangnya.
Dan adapun tradisi-tradisi dalam kehidupan agraris ketika panen tiba sebagaimana dirayakan di Bali :
  • Makepung | diawali tahun 1930 dimana inspirasi berasal dari kegiatan petani pengolahan sawah mereka sebelum mereka menanam benih padi yang bajak lahan basah ke dalam lumpur dengan menggunakan bajak tradisional.
  • Sesangi nasi tumpeng dengan menggunakan catu yang bertujuan untuk memohon hasil panen yang berlimpah.
  • Jineng sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen padi (gabah) yang dahulu ada disetiap rumah tradisional keluarga di Bali.
  • Tradisi Aci Rah Pengangon bermakna bahwa pangan yang kita miliki sejatinya disebutkan merupakan senjata utama untuk mempertahankan diri dalam hidup dan berkehidupan.
***