Tradisi Aci Rah Pengangon adalah sebuah tradisi yang dilaksanakan untuk mensyukuri atas ketentraman dan kemakmuran yang telah dilimpahkan.
Sebuah tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Adat Kapal setiap setahun sekali yaitu pada sasih kapat (atau sekitar bulan september / oktober)yang berlokasi di depan pura desa setempat.
Biasanya tradisi ini dimeriahkan dengan aksi perang tipat bantal bermakna bahwa pangan yang kita miliki sejatinya disebutkan merupakan senjata utama untuk mempertahankan diri dalam hidup dan berkehidupan.
Tradisi ini juga mempunyai kemiripan dengan tradisi-tradisi agraris yang unik dibelahan dunia yang lain seperti perang tomat di Spanyol.
Seperti yang dikutip dari keterangan photo Desa Adat Kapal Bali tempoe duloe di fb, tradisi ini bermula dari sebuah kisah yang tercatat dari lontar kuno yaitu dalam Lontar Tabuh Rah Pengangon yang diceritakan bahwa :
Pada suatu saat ketika itu, desa Kapal mengalami paceklik panen yang mengakibatkan kekacauan dalam kehidupan masyarakatnya.
Risau atas keadaan ini kemudian Ki Kebo Iwa memohon jalan keluar kepada Sang Pencipta dengan melakukan yoga semadhi di Khayangan Bhatara Purusada.
Tatkala melaksanakan yoga semadhi beliau mendapatkan sabdha dari Sang Hyang Siwa Pasupati untuk melaksanakan Aci Rah Pengangon atau Aci Rare Angon dengan sarana menghaturkan tipat – bantal sebagai simbolisasi Purusha dan Predhana (sumber kehidupan).
"Karena penyebab dari segala paceklik tersebut adalah ketiadaan sumber kehidupan tersebut."
Dalam sabda ini pula diperoleh perintah agar masyarakat Kapal tidak menjual Tipat karena Tipat adalah simbolisasi dari Predana/Energi Feminisme/Ibu Pertiwi.
Akhirnya dilaksanakanlah Aci Rah Pengangon di Desa Kapal sehinggga desa ini makmur dan tentram.
Tradisi ini merupakan salah satu dari sekian banyak kearifan-kearifan masa lampau yang harus dihayati, dijaga dan dilestarikan sebagai sebuah tuntunan hidup untuk lebih menghormati alam dan kehidupan.
***