Asanggama

Asanggama artinya berhubungan badan bagi pengantin atau pasangan suami istri.

Dalam Hindu Dharma disebutkan, adapun untuk “Asanggama (berhubungan badan)” ini disebutkan haruslah dipilh juga hari baiknya, ini bertujuan untuk menurunkan putra yang “Suputra Mahotama” , penurut, pintar, berbakti pada orang tua, murah rejeki dan berwibawa. bila tidak maka keturunan yang akan terlahir akan menyebabkan kesusahan bagi keluarga dan lingkungannya.

Secara umum berkaitan dengan masalah tata krama senggama, sebaiknya anda tidak melakukan senggama itu pada saat hari-hari berikut ini :
  • Hari-hari suci atau rerahinan jagat,
  • Bulan purnama/tilem,
  • Tanggal ke 14 (prawani) sehari sebelum purnama/tilem,
  • Purwanin dina dan purwanin asih,
  • Weton suami atau istri,
  • Pada saat menstruasi untuk masa empat hari.
Adapun hari yang paling baik untuk berhubungan badan adalah
Lontar Pamedasmara menetapkan hari terlarang lebih banyak lagi dan berlaku untuk umum kepada siapa saja yaitu;
  • Purnama, tilem, purwani, hari wetonan, kala ngruda, kala mrtyu, minggu wage, selasa paing, selasa wage, rabu kliwon, kemis pahing dan sabtu kliwon.
  • Hari – hari yang mesti dihindari adalah :
    • Anggara Paing,
    • Redite Wage,
    • Anggara Wage,
    • Budha Kliwon,
    • Wrespati Paing,
    • Saniscara Kliwon (tumpek)
    • Purnama dan Tilem
    • Saat weton ( hari Otonan / Petemuan Otonan) suami / istri.
    • Luang (Urip Saptawara + Urip Pancawara = Ganjil )
Hubungan intim (senggama) Suami Istri dalam Weda
Tujuan dari sebuah perkawinan adalah untuk memperoleh anak.
Sebab, kelak diharapkan anak menjadi penyelamat keluarga, membebaskan leluhur dari api neraka?
Karena itulah seoran anak disebut putra, artinya dapat membebaskan orang tua, atau leluhur dari pendritaan alias neraka. Itulah sebabnya kehadiran seorang anak begitu penting bagi keluarga Hindu, khususnya Bali.

Anak atau rare yang dapat membebaskan penderitaan keluarga, menjadi tempat berlindung orang tuanya, dan akhirnya kemudian menjadi penerus keturunan, haruslah anak yang baik, rare yang utama yang di dalam sastra Kanda Pat Rare disebut sebagai suputra.

Hal ini juga terungkap dalam beberapa sastra Hindu sebagai berikut : 
Membuat sebuah telaga untuk umum, itu lebih baik daripada menggali seratus sumur. Melakukan yadnya, itu lebih tinggi mutunya, daripada membuat seratus telaga. Mempunyai seorang putra, itu lebih berguna daripada melakukan seratus yadnya, asalkan putra utama alias suputra.

Niti Sastra menyebutkan :
“Sang Hyang Candra teranggana pinaka dipa memadangi rikala ning wangi. Sang Hyang Surya sedeng prabhasa maka di pamemadangi ri bhumi mandala. Widya sastra sudharma dipa ri kanang tri bhuwana sumene prahaswara. Yening putra, suputra sadhu gunawan memadangi kula wandhu wandhawa”.
Artinya :
“Bulan dan bintang sebagai pelita yang menerangi di waktu malam. Matahari yang sedang terbit sebagai pelita menerangi seluruh wilayah Bumi. Ilmu pengetahuan, sastra utama sebagai pelita menerangi ketiga dunia dengan sempurna. Kalau di kalangan putra (anak) maka anak yang utama (suputra) menerangi seluruh keluarga”.

Demikian pula di dalam lontar Putra Sasana dinyatakan :
“Mapa palaning suputra, pari purna dharmayukti, subhageng rat susilanya, ambek santa sedu budi, kinasihaning nasemi, pada ngakwa sanak tuhu, sami tresna sih umulat, apan wus piana ageng widhi, yan suputra unggul ring sameng tumitah”.
Artinya :
“Bagaimanakah pahala seorang suputra yang sempurna dan berbuat dharma, termasyur susila dan bagus, hatinya damai dan berbudi mulia, setiap orang mengasihinya, semua mengaku keluarga, semua jatuh hati melihatnya, oleh karena Tuhan telah memastikan bahwa, orang-orang yang suputra unggul di antara semua mahluk”.

Untuk menciptakan atau mendapatkan anak atau rare yang suputra, amat tergantung kepada upaya-upaya yang anda lakukan dan tata karma senggama yang harus anda jalani. [Ref/Hindu Fb, Kutipan Artikel Ayu Alit Suadnyani]
***