Caci Maki

Seseorang yang diam saat dicaci maki bukan karena bodoh, justru dia lebih pintar karena untuk melawan orang bodoh cukup dengan diam.

Reg Weda mengingatkan kita :
"Jangan balas pukulan dengan pukulan, juga jangan balas cacian dengan cacian, pun jangan balas daya upaya nista dengan nista. Tetapi hujanilah dengan restu sebagai balasan penghinaan dan jauhilah daya upaya yang nista itu".
Bhagawad Gita menyampaikan :
"Menghina atau memuji itu sama, puaslah, tanggunglah semuanya di dalam hati diam-diam, jangan marah kepada siapapun, berbuat baik dan menolonglah kepada semua. Bebaskan dirimu dari semua kesombongan, ketakutan, dan kemarahan, jiwa demikianlah yang Kukasihi".
Bhagawan Manu berkata :
"Jangan benci kepada orang yang membencimu. Balaslah dengan kata-kata manis pada mereka yang mencaci dan menghinamu".

Buddha berkata juga :
"Tundukkanlah kemarahan dengan kesabaran, kejahatan dengan kebaikan, dengan kerelaan taklukkanlah semua kelicikan budi, dengan berkata benar dan jujur hancurkanlah tipu dan kebohongan".
Jaina mengatakan :
"Tundukkan kemarahan dengan memberi ampun kepada musuhmu, hentikan kejahatan dengan kebaikan budi. Dengan kebenaran yang lurus, kalahkanlah semua yang berhati curang dan jahat. Dan dengan kedamaian serta kepuasan hati, sirnalah tamak dan loba".
Plato mengatakan :
"Janganlah membalas atau melakukan kejahatan yang telah dilakukan oleh siapapun, walaupun bagaimana besar kejahatan yang telah dilakukan terhadap diri kita". Mottonya yang terkenal ialah: "lebih baik menderita kejahatan daripada melakukan".

Demikianlah disebutkan dalam Hindu Dharma, maka tundukkanlah kejahatan dengan kebaikan

Karena  orang hebat adalah mereka yang bisa mengendalikan amarah & tidak merendahkan orang lain dengan perkataannya.

***