Dan setiap orang pada dasarnya memiliki benih kehebatan dalam diri mereka.
Dalam dinamika hidup ini, kehebatan yang dimiliki itu hendaknya juga disebutkan agar dapat diimbangi dengan rendah hati.
Ibaratnya bunga mawar yang tidak pernah berteriak-teriak tentang kehebatan dirinya, atau membujuk-bujuk apalagi memaksa orang lain untuk datang kepada dirinya, tetapi karena baunya yang harum orang akan mendekat kepadanya.
Jadi tak perlu kesana kemari mencari sebuah pengakuan atas kehebatanmu, jika memang kamu pantas mendapatkanya alam akan mengakui kehebatanmu.
"Karena seperti langit dia tahu dirinya tinggi namun dia tak pernah ingin mencari pengakuan, karena sesungguhnya alam semesta sudah mengakui bahwa langit itu tinggi."
Jika kamu bisa untuk merendah, merendahlah sampai tak ada satupun orang yang mampu untuk merendahkanmu, karena semakin kamu meninggikan dirimu semakin beresiko untuk terjatuh karena dalam sejarah tak ada orang jatuh dari bawah tetapi semua terjatuh dari atas.
Demikian ditambahkan oleh I Luh Anjas Beap yang dikutip dalam sebuah artikel Hindu Dharma sebagai suatu pencerahan seperti halnya yang tersebut dalam filosofi pupuh ginada :
De ngaden awak bisà depang anakè ngadanin,
Dan biarlah orang lain yang menilai.
Dan sebagai renungan :
Bergantung pada Kehebatan, Kekayaan, Kecantikan, Ketampanan BUKAN JAMINAN BAHAGIA. Ingatlah selalu, "Tidak semua orang yang tertawa bersama kita adalah TEMAN".
***