Kitab suci veda telah ada ribuan tahun sebelum ada agama, begitu juga dengan itihasa dan purana" , dengan demikian banyaknya kitab suci serta purana-purana tentu akan dapat menimbulkan tafsir-tafsir yang berbeda.
Seperti halnya
Keberadaan Weda Smerti yang disusun kembali berdasarkan ingatan sehingga dapat menimbulkan tafsir yang berbeda-beda.
Untuk menghindari hal tersebut pada zaman dahulu, maka beliau para maha rsi yang maha bijak dan telah mampu mengetahui hakikat kebenaran sejati berusaha menyatukan paham mereka dengan mendirikan agama yang bersifat pribadi kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Dimana agama terdiri dari bahasa sansekerta dengan dua suku kata yaitu A dan GAM A berarti tidak GAM berarti pergi, di dalam bhs sansekerta AGAM di baca AGAMA, jadi agama berarti tidak pergi,. Satu suku kata bahasa sansekerta bisa berarti sangat luas...Tidak pergi.. diam tidak ke mana mana ... Menyatu ... Di satukan dalam pemahaman tentang Tuhan dan segala manifestasi nya.
Keberadaan sebuah tafsir yang berbeda-beda seperti halnya diceritakan berikut :Sehingga seluruh umat dapat bersatu dalam sebauh pemahaman.
Pada suatu hari ada 2 orang ayah dan 2 orang anak pergi bersama berburu ke hutan. Mereka mendapatkan beberapa ekor rusa.
Sore hari, ketika pulang, semua orang masing2 membawa 1 ekor rusa. Ada berapa rusa yg mereka bahwa pulang?
- Tafsir 1: ada 3 rusa
- Tafsir 2: ada 4 rusa
Padahal tidak seorangpun melihat kejadian itu...(namun aku bersaksi bahwa.....)
Itulah alasanya mengapa dalam alam pikiran agama Timur, penyembahan kepada Tuhan saja tidaklah cukup tanpa suatu upaya transformasi batin, yg dikenal dng istilah LAKU, lelaku, praktek untuk menemukan jalan pulang kasidan jati.
Demikian dikutip dari beberapa artiket dalam Group Hindu Dharma di fb.
***