Berkhayal

Berkhayal adalah kebiasaan yang dilakukan oleh pikiran yang dibiarkan tanpa pengendalian.

Khayalan yang demikian tanpa adanya pengendalian (dama) disebutkan juga akan menjadi tidak sehat untuk dapat menyadari tujuan hidup seseorang;

Dan selalu berhayal tidak mau tahu apapun yang akan terjadi terkadang menjadi sebuah resiko sehingga sifat tamas ini disebutkan perlu dinetralisir.
Karena bila khayalan yang ber tumpuk2 tanpa ada realisasinya yg bisa memberikan kepuasan utk dinikmati atau dibanggakan, 
hal itu akan bisa menjadikan pikiran menyimpan banyak permasalahan yang rumit dan tdk tahu ujung pangkal nya.

Seperti kita menumpuk bermacam-macam barang di gudang, dalam waktu yang lama, ahkirnya kita lupa alias tidak tahu barang apa saja yang tersimpan di gudang. Sehingga kita sering menjadi malas untuk membuka gudang guna menemukan sebuah barang yang dibutuhkan.

Pikiran yg menyimpan begitu banyak masalah2 yang tertunda, juga adalah sama keadaannya seperti gudang tempat menyimpan dan menumpuk barang2 yang sudah tidak diketahui rupa dan bentuk nya. 
Sehingga keadaan pikiran sering lesu dan ruwet utk mencari solusi guna bisa keluar dari sbh masalah.

Maka sangatlah sederhana, bila kita ingin memulihkan keadaan pikiran untuk bisa kembali segar dan ceria dalam bekerja dalam swadharma kita masing-masing.

Sama seperti barang-barang yang kita tumpuk di gudang, 
  • Pertama kita harus keluarkan seluruh barang-barang yang ada digudang, kita boleh membuang nya jauh2 sehingga ruang gudang menjadi bersih; 
  • Kemudian baru kita tata ulang dengan sistem yang baru yaitu dengan mengisi gudang tersebut dengan barang-barang baru yang memang dibutuhkan dan digunakan untuk kelancaran hidup.
Begitu pula dengan pikiran kita, kita secara bertahap dilatih untuk tenang, duduk dengan tenang melepaskan atau mengosongkannya dari khayalan-khayalan yang tersimpan, lalu dilupakan dengan kesadaran bahwa semua khayalan itu tidak penting lagi, dan tdk berguna untuk dipikirkan alias harus dilupakan jauh-jauh.

Belajar duduk tenang ditempat yang sunyi, menyendiri , tapi bukan untuk lari dari tanggung-jawab hidup, tapi sebagai kegiatan rutin untuk mengosongkan pikiran (atau sunya dalam penerapan astalingga) untuk dapat membersihkan kotoran khayalan yang tidak perlu atau dibutuhkan dalam hidup; 
Maka hal ini juga merupakan sebuah terapi yang sederhana, namun memiliki manfaat yang luar biasa guna mengembalikan rasa percaya diri, dan kecerdasan pikiran untuk kita melangkahkan kaki memulai sebuah kehidupan baru yang lebih sederhana tapi penuh kedamaian dan kepuasan secara bathiniah maupun rohaniah.

Maka dari pikiran yang tenang dan damai dapat terwujud badan yang sehat dan segar guna membangun hidup yang damai dan sejahtera.

Dumogi rahayu.
***