Tanah wayah menyiratkan makna titik perhentian, kubur jazad, di mana dalam satu momen kematian, manusia mesti berpulang ke tanah, dibakar api bumi (ngaben).
Dan sebagai renungan dalam Hindu Dharma dikatakan;
- Pulanglah saat kau telah dipenuhi pemahaman tentang kehidupan dan tentang diri semestamu dalam tubuh (sarira) itu.
- Pulanglah saat kau benar-benar paham alasan dari setiap duka cita dan suka cita hadir dalam perjalanan hidupmu."
"Pulanglah saat kau telah mengerti siapa dirimu dan pencipta alam semesta ini (brahman atman aikyam).
Atau, kehidupan ini akan terus menghadirkanmu di sini untuk berbagai kehidupan lain yang mesti kau pelajari dan lewati kembali suka dukanya."
"Ketika kau mengerti kata-kata ini; kau akan merasakan kehadiran Tuhan dalam tangisan Jiwamu yang penuh kerinduan kepadaNya."
Alami, rasakan, dan bertumbuhlah matang dengan segala rasa di dalamnya.Lalu lewati dengan lapang hati, karena masih banyak cerita lain yang mesti kau jalani dari waktu ke waktu.
Kecuali karena tubuh itu tak kuat lagi untuk kau jadikan kendaraan melintasi ruang dan waktu kehidupan ini dengan segala guncangannya.
Atau mungkin Tuhan sendiri telah memanggilmu pulang, karena pelajaran kehidupan ini telah usai bagimu.
Bila Tuhan yang memanggilmu pulang, kau akan mengerti sendiri jalan kepulanganmu.
Dan jangan memilih pulang nak karena kemarahan pikiranmu.
Jangan memutuskan untuk pulang hanya karena keputusasaanmu pada cerita kehidupan yang sedang kau jalani."
Dan jangan pula mempercepat kepulangan dengan cara menghancurkan tubuhmu itu.
Sebab kau telah melewati banyak suka duka kehidupan terdahulu, hanya untuk bisa berada dalam tubuhmu saat ini.
Jangan sia-siakan tubuh yang menjadi berkah semesta atas kelulusanmu melewati suka duka karma wasana kehidupan masa lalu.
***