Dalam filsafat dan tattwa-tattwa Hindu Dharma kadang disebutkan :
Orang yang kebingungan akan menyangka bahwa kebenaran itu dianggap bukan kebenaran.
Seperti juga ada yang menganggap kebenaran itu terdapat di dalam gua.
Namun dengan mengetahui tujuan agama, maka kebingungan seperti itu tidak terjadi lagi.
***
Ketika energi-energi negatif hasil dari perilaku buruk (asubha karma) akibat pengaruh 'rasa-aku' dalam diri yang 'terpelihara' lalu disadari atau tidak kemudian "bertemu/bergesekan" dengan unsur-unsur yang datang dari luar sehingga terkadang tidak tertutup kemungkinan akhirnya tertuju pada sebuah kebingungan.
Inilah yang mengakibatkan 'pertikaian di dalam pikiran, kata-kata dan perbuatan', saat tidak mampu 'menyaring' dengan baik...
Memang, selama 'isi di dalam diri masih kotor, keruh dan bergemuruh';
Maka otomatis sangat sulit untuk dapat "melihat sesuatu di luar diri secara jernih"...Namun sebaliknya,
ketika 'isi di dalam diri sudah terbebas dari belenggu kegelapan dan kepalsuan', maka penglihatannya akan senantiasa jernih sehingga mampu menentukan mana yang memang positif dan mana yang justru negatif, mana yang mesti didekati-didukung pun mana yang harus dijauhi-dihindari...Di sinilah kemudian tampak bahwa, ketika kejujuran, kealamian serta keberserahan telah menjadi bagian daripada hidup, maka Tuhan akan selalu "memberikan nilai lebih" berupa keistimewaan, keajaiban, mukjizat, pertolongan serta penyelamatan yang tiada terkira...
Dimana kesemuanya itu tidak lain dan tidak bukan adalah hasil akumulasi daripada pahala-pahala kebajikan itu sendiri...Demikianlah disebutkan diperlukan kealamian, kejujuran dan keberserahan diperlukan, maka dari itu;
~ Menyadari-memahami-mengerti atas semua yang tersaji dengan perilaku yang jujur dan berkealamian serta penuh pertimbangan, sehingga pada akhirnya tampaklah kejernihan itu, cerahlah kemudian batin dalam menemukan nilai-nilai kebenaran untuk menghilangkan kebingungan untuk nantinya dapat menyatu bersama 'kasih Hyang Widhi' ~
***