Pisuna

Pisuna artinya sebuah fitnah dimana memfitnah orang juga dapat mendatangkan bahaya sendiri.
Dan bahwasannya Fitnah atau Raja pisuna sebagai bagian dari sad atatayi yang ditebar bisa jadi akan menghancurkan kehidupan orang banyak dan pada diri sendiri. 
Sebab doa dan permohonan orang yang terhina teraniaya dan tertindas juga sangatlah manjur.
Seperti diceritakan di jaman dulu dalam kisah dendam rangda legu gondong yang diceritakan oleh DharmaBuana yaitu sebagai berikut :

Tersebutlah dahulu pada masa kejayaan Puri Agung Kesiman, 
Hiduplah seorang yang mumpuni di bidang ilmu kedigjayaan atau ilmu kewisesan yang diberi julukan Rangda Jero Agung, tinggal di Desa Intaran.
Dikisahkan Rangda Jero Agung hidup bahagia bersama sang istri tercinta. Namun seiring dengan perjalanan waktu, sang istri kemudian amor ring acintya alias meninggal dunia. 

Waktu pun berlalu, dan pandangan masyaraakat pun berubah terhadap rangda Jero Agung. Entah apa yang terjadi, masyarakat Intaran mencurigai bahwa Rangda Jero Agung memiliki ilmu pengliakan.

Kasak kusuk itu terdengar pula oleh Rangda Jero Agung. Lantaran merasa difitnah, maka Rangda Jero Agung lalu menghadap kepada Bendesa Intaran. 
Karena tidak puas akan penjelasan yang diberikan oleh Jero Bendesa, Rangda Jero Agung merasa jengah. Rangda Jero Agung kemudian pergi ke Pura Dalem Blanjong Sanur melakukan dewasraya untuk memperoleh panugrahan kawisesan dengan memanunggalkan Tri Pramana yaitu bayu sabda idep.
Ida Betari Durga yang maha pengasih kemudian mengabulkan permohonan Rangda Jeero Agung. Ida Betari Durga napak di hadapan Rangda Jero Agung dan memberikan penugran. 
Penugrahan yang diberikan Betari Dalem adalah berupa Legu (nyamuk). 
Hal ini lantaran masyarakat Desa Intaran pada zaman dahulu tidak pernah melakukan upacara yadnya dan persembahyangan di Pura Dalem Blanjong.
Artinya kejadian ini disebutkan adalah peringatann Tuhan kepada manusia untuk senantiasa mendekatkan diri kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, karena manusia adalah ciptaan Tuhan. Demikian diceritakan.

Dan ada juga pepatah mengatakan "fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan". 
Adakalanya dalam persaingan hidup ini, orang sering mengalahkan lawannya dengan cara memfitnah agar lawan tersebut dengan mudah dikalahkan.
Salah satu sifat manusia yang dapat menimbulkan akibat negatif yang disebut “distinksi” yaitu suatu dorongan untuk lebih dan orang lain.
Kalau ia tidak mampu berbuat lebih dan kenyataan maka fitnahpun akan dipakai senjata agar ia kelihatan lebih dari yang lain.
Dan cegahlah lidah agar tidak mengucapkan kata-kata fitnah.

  • Sebab doa / mantra yang diucapkan orang yang telah terfitnah juga disebutkan sangatlah manjur seperti yang diceritakan dalam kisah tersebut diatas.
  • Dan dalam Lontar Atmaprangsangsa juga dinyatakan nantinya sang atman tidak akan selamat melewati titi ugal agil sebagai tempat hukuman bagi atma yang pada waktu hidupnya suka memfitnah (ngerajapisuna) dan mengada-ada (berbohong).
***