Sarwadamana

Sarwadamana adalah nama kecil dari Raja Bharata yang merupakn putra dari Rsi Duswanta dengan Dewi Sakuntala.

Konon begitu lahir bayi itu diberi nama Sarwadamana dengan ciri simbol cakra di telapak tangannya yaitu salah satu dari senjata pengider bhuwana yang kisah perjalananya diceritakan sebagai berikut :

Tersebutlah dahulu ia tinggal dalam asuhan Sakuntala di asrama Resi Kanwa. Karena besar di lingkungan hutan dan dikelilingi hewan-hewan liar sebagaimana dikisahkan wiracaritabali dalam silsilah keturunan Raja Bharata disebutkan bahwa,
semenjak kecil Sarwadamana telah menundukkan binatang-binatang di hutan. Harimau, gajah dan singa takluk kepadanya. Ia senang bermain bersama harimau dan singa. Ia juga berani membuka mulut mereka lalu menghitung jumlah gigi hewan buas tersebut.
Setelah lama Sarwadamana tidak dijemput oleh ayahnya, yaitu Duswanta, timbulah keinginan Sakuntala untuk membawa puteranya ke istana di Kerajaan Kuru. Ia juga membawa cincin yang dititipkan oleh Duswanta. 
Di tengah perjalanan, cincin tersebut hilang ke dalam sungai. Sesampainya di istana, Duswanta menyangkal bahwa Sakuntala adalah istrinya. 
Ia juga menyangkal bahwa Sarwadamana adalah puteranya. Hal ini membuat Sakuntala menjadi sangat sedih. 
Tiba-tiba terdengarlah sabda dari langit yang membenarkan ucapan Sakuntala. 
Setelah mendengar sabda tersebut, Duswanta tidak bisa mengelak. Ia memenuhi janjinya untuk mencalonkan Sarwadamana sebagai raja. Pada saat itu pula, nama Sarwadamana diganti menjadi Bharata.

Bharata dikenal sebagai raja yang berbudi luhur. Keberaniannya setara dengan Indra, pemimpin para dewa. 
Ia menaklukkan anak benua India, dari lautan sampai Himalaya. Daerah kekuasaannya dikenal sebagai Bharatawarsha, yang berarti "wilayah kekuasaan Raja Bharata".
Bharata menikahi Sunandadewi, ratu yang suci dan mulia. Dari pernikahannya, mereka tidak memiliki anak. Anak mereka tidak ada yang selamat, meninggal semua. 
Akhirnya mereka menyelenggarakan upacara keagamaan yang disebut Maruisoma supaya memperoleh keturunan
Upacara tersebut dilaksanakan di tepi sungai Gangga. Bharata memiliki sembilan putera, namun tidak satu pun dari mereka yang pantas untuk meneruskan pemerintahan. 
Dalam keadaan tersebut, Dewa Marudgana disertai dengan Bharadwaja, datang ke tempat penyelenggaraan upacara. 
Mereka menunjuk Bharadwaja supaya diadopsi oleh Bharata. Bharadwaja berasal dari garis keturunan Anggira. Konon ia dapat membawa kemahsyuran bagi keturunan Bharata.
Akhirnya Bharata menerima Bharadwaja sebagai putera. Bharadwaja menikah dengan Susila. Sebagai putera angkat Bharata, ia dicalonkan menjadi raja, namun Bharadwaja tidak tertarik dengan kerajaannya. 
Ia lebih memilih mendalami kehidupan rohani. 
Untuk mengatasi kekecewaan Bharata, maka Bharadwaja menyelenggarakan upacara suci. Dalam upacara tersebut, 
Dewa Agni dipanggil untuk memberikan apa yang diminta oleh Bharata. Maka Bharata memiliki seorang putera bernama Bhumanyu.
***