Matsarya

Matsarya adalah sifat dengki dan iri hati yang disebutkan hanya akan menimbulkan :
  • kesengsaraan dalam kehidupan ini,
  • ketidaktenangan
  • dan nantinya juga disebutkan tidak akan mengalami moksa, yaitu kebahagiaan abadi.
Sebagai salah satu bagian dari sad ripu, sifat matsarya ini juga hendaknya dikendalikan seperti dijelaskan dalam mengendalikan sad ripu dengan sarasamuscaya khususnya sloka 88 disebutkan :
Abhidhyaluh parasvesu neha namutra nandati, tasmadabhidhya santyajya sarvadabipsata sukham. 
Hana ta mangke kramanya, engin ring drbyaning len, madengki ing suhkanya, ikang wwang mangkana, yatika pisaningun, temwang sukha mangke, ring paraloka tuwi, matangnyan aryakena ika, sang mahyun langgeng anemwang sukha.
Adalah orang yang tabiatnya menginginkan atau menghendaki milik orang lain, menaruh dengki iri hati akan kebahagiannya; orang yang demikian tabiatnya, sekali-kali tidak akan mendapat kebahagiaan di dunia ini, ataupun di dunia yang lain; oleh karena itu patut ditinggalkan tabiat itu oleh orang yang ingin mengalami kebahagiaan abadi.
Jadi iri hati hanya menghasilkan ketidaktenangan dalam hidup. Yang harus manusia lakukan agar terhindar dari iri hati dapat dilihat pada sloka Sarasamuscaya 89
Sada samahitam citta naro bhutesu dharayet, nabhidhyayenne sphrayennabaddham cintayedasat

Nyanyeki kadeyakenaning wwang ikag buddhi masih ring sawaprani, yatika pagehankena, haywa ta humayamakam ikang wastu tan hana, wastu tan yukti kuneng, haywa ika inangenangen.
Nah inilah yang hendaknya orang perbuat, perasaan hati cinta kasih kepada segala mahluk hendaklah tetap dikuatkan, janganlah menaruh dengki iri hati, janganlah menginginkan dan jangan merindukan sesuatu yang tidak ada, ataupun sesuatu yang tidak halal; janganlah hal itu dipikir-pikirkan.
Kesengsaraan juga menjadi akibat yang ditimbulkan iri hati kepada sesama. Hal tersebut ada pada sloka Sarasamuscaya 91 :
Yasyerya paravittesu rupe virye kulavaye, sukhasaubhagyasatkare tasya vyadhiranatagah

Ikang wwang irsya ri padanya janma tumon masnya, rupanya, wiryanya, kasujanmanya, sukhanya kasubhaganya, kalemanya, ya ta amuhara irsya iriya, ikang wwang mangkana kramanya, yatika prasiddhaning sangsara ngaranya, karaket laranya tan patamban.
Orang yang irihati kepada sesama manusia, jika melihat emasnya, wajahnya, kelahirannya yang utama, kesenangannya, keberuntungannya dan keadaannya yang terpuji; jika hal itu menyebabkan timbulnya iri hati pada dirinya; 
  • maka orang demikian keadaannya itulah sungguh-sungguh sengsara namanya, 
  • terlekati kedukaan hatinya yang tak terobati.
***
Nah ne jani, ade mase katururan satua Men Sugih teken Men Tiwas. Men Sugih anak sugih pesan, nanging demit tur iri ati, jail teken anak lacur. Lan Gelisang satua enggal, 
Iri hati teken men tiwas krane maan emas, mara keto lantas seluka jit kidange, laut kijem jit kidange, Men Sugih paide abana ka dui-duine. Men Sugih ngeling aduh-aduh katulung-tulung,"Nunas ica tulung tiang, tiang kapok!". 
Teked di pangkunge mara Men Sugih lebanga, awakne telah babak belur tur pingsan.
***