Kira-kira dilakukan pada pukul 03.00 – 04.00, yaitu saat puncak keheningan alam yang dalam sekapur sirih tentang ngaben disebutkan dengan puja sang sulinggih dilakukan puja amariaran yaitu :
- Pencabutan nama,
- Penghapusan pribadi dan keakuan sang pitara dan puja melepaskan suksma-sarira mendiang.
Suksma-sarira walaupun telah menjadi sangat halus, tapi masih dalam bentuk materi dan tetap melekat pada material puspalingga (daun beringin dan sebagainya). Benda inilah yang akan dibakar serta di anyut nantinya.
Tahapan prosesinya yang dalam sumber kutipan konsep panca yadnya dan filosofi nilai dalam kelangsungan hidup menurut umat hindu,
sekah tersebut diturunkan dari balai upacara, segala menjadi satu kesatuan sekah segera dibakar di atas senden.
Bila semua telah terbakar lalu disiram dengan air kumkuman. Kemudian dilumatkan dengan tebu dan cabang dapdap. Hasil lumatan itu dimasukkan ke dalam kelapa gading dan dihanyutkan ke laut atau sungai.
Tiga hari setelah upacara mepralina, dilanjutkan dengan upacara ngeremekin sebagai permakluman atas penyucian roh / atman terhadap orang yang meninggal dunia telah selesai dilaksanakan.
Bila tahapan ini sudah selesai, maka dapat dilanjutkan dengan ngelinggihang Dewa Hyang Pitara di Pura Kawitan sebagai pura penyungsungan leluhur.
***