Asal Mula Ganesa sebagai Dewa Ilmu Pengetahuan

Berawal dari kisah yang diceritakan dalam Ganapati Tattwa, disebutkan Ganesa atau Bhatara Gana sebagai penanya yang cerdas, menanyakan segala sesuatu tentang rahasia alam semesta dan kehidupan ini kepada ayahnya Dewa Siwa sebagai Mahaguru. 

Dalam kitab ini, Bhatara Gana disebut sebagai Sanghyang Ganadipa berperan sebagai sisya atau murid, dan Dewa Siwa berperan sebagai narasumber.

Dialog terjadi di puncak gunung Kailasa. Pelajaran yang diberikan Siwa, tidak saja menjadikan Bhatara Gana sebagai winayaka (serba tahu), tetapi juga memiliki kesidian.

Asalmula kewinayakaan Bhatara Gana juga disebutkan dalam kitab Korawasrama Cerita II.
Dikisahkan, Sanghyang Anantawisesa memiliki kitab Linggapranala. Kitab ini diberikan kepada Sanghyang Taya. Sanghyang Taya memberikan kepada Dewi Saraswati. Dewi Saraswati-lah yang memberikan kitab ini kepada Bhatara Gana. 
Dengan mempelajari dan menguasai ajaran kitab Linggapranala, Bhatara Gana menjadi dewa yang serba tahu atau winayaka (Swellengrebel dalam Sedyawati, 1994:235-237).

Bhatara Gana Sebagai Dewa Ilmu Pengetahuan Kewinayakaan Bhatara Gana, baik karena mendapatkan kitab Linggapranala maupun karena mendapatkan pelajaran di Gunung Kailasa, menyebabkan Bhatara Gana dipuja sebagai dewa ilmu pengetahuan maskulin, bersifat kompetitif, dominasi, penghancuran kebodohan atau awidya kegelapan pikiran sesuai dengan penjelasan simbol dan atribut Ganesa yang digunakan.
***