Sarkofagus adalah salah satu sarana dalam mendem sawa untuk kubur batu yaitu wadah / tempat penguburan yang dalam serba sejarah Bali Kuno : Bali tempo dulu sebagaimana disebutkan munculnya bersamaan dengan tradisi
megalitik di Indonesia, termasuk di Bali.
Selain sarkofagus, penguburan dengan tempayan juga dijelaskan merupakan cara penguburan sekunder, yakni penguburan yang dilakukan
setelah mayat lebih dahulu dikuburkan di tempat lain (penguburan
primer).
Tampaknya, hanya orang-orang yang
semasa hidupnya menempati kedudukan terhormat saja dikubur dalam
sarkofagus atau tempayan. Sebaliknya, mayat orang kebanyakan dikubur
secara biasa dalam tanah.
Hal
lain yang perlu dikemukakan ialah masalah religi. Pelbagai peninggalan
tradisi megalitik, misalnya tahta batu, dolmen, menhir, arca yang
bercorak megalitik, dan hiasan kedok muka pada beberapa sarkofagus
mencerminkan bahwa perkembangan religi pada masa itu telah maju.
Dapat ditambahkan bahwa di situs prasejarah Gilimanuk ditemukan pula cara penguburan sekunder tanpa menggunakan wadah.
Dapat ditambahkan bahwa di situs prasejarah Gilimanuk ditemukan pula cara penguburan sekunder tanpa menggunakan wadah.
- Di situ, pada saat penguburan primer, mayat orang dewasa dan kanak-kanak dikubur dengan posisi membujur atau terlipat.
- Kemudian, tulang-tulangnya yang tertentu dikumpulkan untuk dikubur kembali di dalam tanah (penguburan sekunder) tanpa menggunakan wadah (Soejono, 1977 : 191-192, 223-227).
Sarkofagus dan peninggalan-peninggalan lain sebagai jejak megalitikum di Bali yang
berasal dari tradisi megalitik kian hari semakin banyak ditemukan.
Peninggalan-peninggalan itu antara lain berupa
- Bangunan / tempat suci yang terdiri atas susunan batu, menhir, teras berundak (di Selulung, Batukaang, Tenganan Pegringsingan, Sembiran, dan Trunyan),
- Tahta batu, arca menhir, lesung batu, palung batu, dan batu dakon (di Gelgel), serta arca-arca sederhana yang melambangkan nenek moyang ditemukan di Poh Asem, Depaa, dan Pura Besakih di dea Keramas.
(Covarrubias, 1972 : 26 ;
167-168 ; Sutaba, 1980b : 30 ; 1982 : 107-108 ; 1995 : 88-93 ;
Mahaviranata, 1982 : 119-127 ; Oka, 1985 : 118-129).
Sarkofagus, peti mayat lengkap dengan
bekal kuburnya yang masih tersimpan rapi di Bali yang merupakan peninggalan Bangsa Austronesia sebagai leluhur orang Bali Mula (Bali Aga) penduduk asli pulau Bali.
***