Sejarah Pura Tirta Empul tersebut yang terletak di daerah Tampaksiring Bali dibangun pada tahun 967 M (Tahun Caka : 889) oleh raja Sri Candrabhaya Warmadewa, raja Bali kuno.
Di halaman pura suci tersebut ada palinggih utama bebaturan “tanpa atap” yang disebut palinggih Tapasana, hanya ditumbuhi padang ilalang tumbuh di atasnya.
Pura atau Tempat suci ini, digunakan beliau untuk melakukan hidup sederhana, lepas dari keterikatan dunia materi, melakukan tapa, brata, yoga, semadi, dengan spirit alam sekitarnya. Demikian sumber ini ditulis Metro Bali dalam artikelnya di Facebook (ref1).
Penamaan Pura Tirta Empul yang dijelaskan dalam Babad Bali, adalah kemungkinan besar diambil dari nama mata air yang terdapat didalam pura ini yang bernama Tirta Empul seperti yang telah disebutkan diatas.
Secara etimologi bahwa Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah.
Penamaan Pura Tirta Empul yang dijelaskan dalam Babad Bali, adalah kemungkinan besar diambil dari nama mata air yang terdapat didalam pura ini yang bernama Tirta Empul seperti yang telah disebutkan diatas.
Secara etimologi bahwa Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah.
Maka Tirta Empul artinya adalah air suci yang menyembur keluar dari tanah. Air Tirta Empul mengalir ke sungai Pakerisan. Sepanjang aliran sungai ini terdapat beberapa peninggalan purbakala.Sehingga Pura Tirta Empul ini digunakan untuk upacara melukat seperti penjelasan dalam tata cara melukat / meruwat di Pura Tirta Empul, Tampak Siring (ref2).
Air suci yang ada di pura ini, sebagaimana disebutkan dalam purana bali dwipa, berfungsi untuk memusnahkan racun yang disebarkan oleh Mayadenawa.
***