Labuh Gentuh adalah upacara yang bertujuan untuk mencapai sukertaning palemahan yakni lestarinya alam lingkungan, pelestarian satwa air dalam konteks Danu Kertih yang diharapkan kelestarian danau tetap terpelihara, air danau dan sumber air selalu tersedia, suci dan bersih sehingga tercipta sarwa hita atau sarwa sukerta,
- semua unsur yang ada menjadi senang (hita) dan
- memperoleh kerahayuan (sukerta).
Upacara Labuh Gentuh ini selain dilaksanakan dalam upacara melasti yang sebagaimana juga disebutkan dalam kutipan artikel Bali post, "Labuh Gentuh" mengharmoniskan hubungan manusia dengan alam yang melalui upacara Danu Kertih ini,
- umat memohon ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
- agar dianugerahkan air yang cukup untuk kerahayuan jagat.
Labuh sebagai ungkapan syukur atas kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat baik di Bali maupun di Jawa yang kesamaannya dengan melaksanakan upacara labuh saji di sukabumi dalam artikel blog rajakamar.com yang sebagaimana disebutkan biasanya upacara labuh saji ini diikuti oleh hampir 9000an kapal di Pelabuhan
Ratu dengan melabuhkan atau menjatuhkan sesajen ke laut.
Selain sebagai wujud syukur, upacara ini juga menunjukkan bagaimana
masyarakat pesisir laut bersatu dalam sebuah komunitas yang cukup besar
dan bergerak bersama memohon berkah untuk kehidupan sehari-hari. Sebuah
cermin gotong royong yang juga menjadi cermin budaya bangsa Indonesia
sejak dahulu kala.
***