Jukung

Jukung adalah perahu dalam bahasa Balinya. 

Dimana hari yang baik untuk membuat jukung dan sejenisnya disebutkan dalam padewasan kalender Bali yaitu saat Dewa Ngelayang.

Dalam tetandingan banten jejanganan saat upacara mecolongan misalnya disebutkan :

  • PELAS PERAHU, Medasar antuk takir duwur nyane dagingin paplengkungan antuk pelas kalih siki(2)jahit silang, pelas sane asiki matusuk sekadi katih jukung, sekadi gambar puniki.
  • PELAS JUKUNG, Medasar antuk takir asiki magenah ring tengah, ring sisin nyane medaging pelas kekalih matusuk waluya sekadi katih jukung, manut sekadi gambar pelas puniki.
Dalam filosofinya tersirat bahwa :
Sebuah perahu di buat untuk berlayar di lautan dan danau, bukan hanya diam di dermaga.
Demikian juga manusia untuk mengarungi kehidupan,bukan berdiam dan menunggu hidup itu berakhir.

Di dalam mengarungi kehidupan akan banyak ombak dan mungkin badai, tetapi itulah seni dari kehidupan.
Teruslah kembangkan layar dan nikmati perjalanan hingga sampai ke tujuan.

Dan ingatlah bahwa : 
  • Jangan takut jatuh dan salah, setiap kesalahan yang pernah di lakukan adalah bagian dari proses pembentukan kepribadian.
  • Jangan pernah menyesali suatu kesalahan tetapi, sesalilah jika semua itu tidak berdampak adanya perubahan yang lebih baik.
Mendung bukan untuk membuat kegelapan tetapi untuk memberi kabar gembira akan sejuknya air hujan yang akan turun.

Dan sadarlah; 

Bahwa kita hanyalah manusia biasa.

Seperti halnya dalam tujuan dan makna sembahyang

Ibarat perahu tidak akan dapat berlayar tanpa air. Tapi hendaknya diingat air itu hanya sebagai sarana namun tujuan perahu-perahu itu menuju pantai.

Maka genggamlah "KEYAKINAN" dan jangan pernah lepaskan indahnya kehidupan, bukan terletak dari banyaknya kesenangan tetapi lebih kepada rasa syukur kita kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa.
***