Siwopakarana

Siwopakarana (Siwakrana) adalah sarana penghubung antara seorang pendeta / sulinggih dan Siwa (Tuhan) untuk memohon dan menganugerahkan keselamatan bagi umat manusia.

Kata Siwopakarana (Siwa+Upakarana) berasal dari kata Siwa yang berarti Bhatara Guru (Siwa), sedangkan karana berarti perlengkapan.  

Jadi, Siwopakarana berarti sarana-sarana perlengkapan pendeta pada waktu memuja atau memimpin sebuah upacara.

Sebagai alat-alat pawedan yang paling sakral dari Pendeta Siwa (Siwa Paksa) di dalam menjalankan kewajibannya kepada umat. 

Dan adapun Siwopakarana tersebut merupakan seperangkat alat pemujaan dalam sebuah upacara yang khas terdiri atas sepasang dulang, nare, pawijan, penuntun surya, tripada, siwambha, sesirat, pengasepan, pedamaran, patarana atau lungka-lungka, saab dulang, dan genta

Di samping itu, juga saat seorang sulinggih sedang muput sebuah upacara memakai atribut dan busana lainnya, seperti wastra putih, kampuh putih, petet, sampet, kekasang, guduita, gondola, karna bharana, kanta bharana, rudrakacatan genitri, dan sebuah amakuta atau yang lebih dikenal dengan nama bawa atau ketu

Dari hasil observasi dan analisis tersebut dapat dibuat beberapa simpulan tentang bentuk, fungsi, dan makna Siwopakarana, yaitu masing-masing memiliki makna tersendiri dan memiliki nilai religiusitas yang sangat tinggi. 

Dalam hal ini tripada, siwambha, sirowista, dan kelengkapan lainnya merupakan perlambang kebesaran Siwa (Tuhan).

Siwa (Tuhan) selalu dihadirkan saat seorang sulinggih memuja dan berhadapan dengan Siwopakarana sebagai saksi suci dan kesuksesan pelaksanaan sebuah upacara.  

Laku spiritual seorang sulinggih merupakan sebuah perwujudan sikap suci atas Siwopakarana yang tidak lain merupakan simbol Siwa (Tuhan) itu sendiri. 

Seperti halnya penggunaan Genta dalam hal ini juga merupakan salah satu perangkat penting dalam Siwopakarana, yang digunakan oleh Pendeta Hindu dalam memimpin sebuah upacara yadnya

Bentuk fungsi, dan makna genta tertulis dengan panjang lebar. Disebutkan bahwa genta merupakan suatu peralatan yang sangat sakral, ada ketentuan-ketentuan yang digunakan, mulai dari bahan, cara pembuatan, proses sakralisasi, dan lainnya. 

Dijelaskan juga bahwa genta sebagai benda sakral tidak dapat dipisahkan dari Siwopakarana dan menjadi alat utama bagi sulinggih dalam menjalankan tugas ngelokapalasraya

Bagian-bagian Siwopakarana yang dijelaskan dalam tulisan ini terdiri atas empat belas bentuk, yaitu 
  • Sepasang dulang (dulang kuningan atau dulang kayu), 
  • Sepasang nare dari kuningan, 
  • Sepasang pawijan dari bahan logam
  • Sebuah penuntun surya dari bahan logam, 
  • Sebuah tripada dari bahan logam, 
  • Sebuah siwambha dari bahan logam atau gedah, 
  • Sebuah sesirat dari alang-alang yang berisi bunga, 
  • Sebuah pengasepan dari bahan logam, 
  • Sebuah pedamaran dari bahan logam, 
  • Sebuah patarana atau lungka-lungka, 
  • Kain penutup patarana, 
  • Sepasang saab dulang atau tudung, 
  • Sepasang penastan, 
  • dan sebuah genta.
Demikian disebutkan perangkat pemujaan sulinggih Saiwa, Buda dan Waisnawa dalam salah satu artikel Unhi sebagai sarana pemujaan.