Tetingkesan

Tetingkesan berasal dari kata tingkes yang berarti ringkas, direduplikasikan dan memperoleh akhiran –an, menjadi tetingkesan. 

Jadi, tetingkesan adalah ungkapan yang dipendekkan dan dipakai untuk merendahkan diri. 

Dan dengan rendah hati yang di Bali berarti orang-orang yang memiliki sifat baik hati.

Selalu bersifat ramah dan tidak menyombongkan diri.

Tetingkesan sebagai bagian diri basita paribasa sebagai salah satu nilai pendidikan karakter pada materi pelajaran bahasa Bali disebutkan :

Ada tetingkesan yang mengandung nilai pendidikan karakter berikut ini. Upami: 

  • Mai madaar ka paon kanggoang nasi kén uyah kerés! 

Artinya : ‟Mari makan di dapur, tetapi kanggokan garam putih saja!‟ 

  • Kanggoang singgah polos nah, sing maan ngidih apa! 

Artinya : ‟Kanggokan mampir biasa, tidak dapat minta apa-apa!‟ 

  • Lugrayang titiang nunas ampura riantuk genah titiangé kaon pisan! 

‟Izinkan saya minta maaf karena tempat saya sangat jelek!‟ 

  • Kanggoang nah umah uwug, tongos negak sing ja adaa! 

Artinya : ‟Kanggokan ya, rumah saya rusak, tempat duduk tidak punya‟ 

Keempat ungkapan yang disebut tetingkesan di atas mengandung karakter tidak semena-mena, merendahkan diri. 

Ini karakter yang umum dimiliki oleh orang Bali.
Orang Bali pantang mengagungkan / menyombongkan diri.

Dan sebagai tambahan dalam basita paribasa (peribahasa Bali) disebutkan :

  • Durusang ajeng dumun wedange, kanggeang toya-toya kemawon!
Artinya : "Silakan diminum dulu kopinya, kanggokan ya cuman sekedar air saja"
  • Cening de nyen ngopak, bapa tusing ngidayang maang apa-apa, sakewala maan singgah” dogen
Artinya : "Jangan anak pernah marah, bapak tidak bisa kasi bekal, tetapi hanya dapat singgah saja."
  • Dini luh ngayahin I Beli Made, kanggoang metapa lacur.
Artinya : "Disini kita hidup bersama, biar sederhana tapi semoga tetap bahagia."

***