Rambut

Rambut adalah bok dalam bahasa Balinya;

Dimana dalam beberapa tradisi Bali disebutkan : 
    • Diawali dengan upacara mepetik untuk mencukur rambut pertama kalinya yang dibawa bayi dari sejak lahir.
    • Pantangan buat suami mencukur rambut bila istrinya hamil.
    • Dalam keserasian busana adat Bali, pepusungan (gulungan) rambut untuk putri, disebutkan ada tiga jenis pusungan yaitu :
      • Pusung gonjer untuk putri yang masih lajang/belum menikah sebagai lambang putri tersebut masih bebas memilih dan dipilih pasangannya. 
        • Pusung gonjer dibuat dengan cara rambut di lipat sebagian dan sebagian lagi di gerai. 
        • Pusung gonjer juga sebagai symbol keindahan sebagai mahkota dan sebagai stana Tri Murti
      • Pusung tagel yaitu untuk putri yang sudah menikah. 
      • Pusung podgala/pusung kekupu biasanya dipakai oleh peranda (sulinggih) istri.

    • Sang Biksu mencukur gundul rambutnya, menjadi pertanda ia telah ‘memilih jalan’ untuk kembali membuka Siwadwara yang telah dilebati dan ditutupi hutan rambut. 
    • Sang Rsi mengikat rambut dan mapusungan, seakan menandai semua kelebatan dan hutan rambut ‘merujuk’ ke arah Siwadwara.
    • Rambut Gimbal yang disebutkan perlu dilakukan upacara ruwatan untuk dapat menghilangkan segala kekotoran (ketidaksucian)

Dan disetiap zaman, rambut memiliki model dan gaya tersendiri.

Seperti halnya dalam sejarah bali di fb disebutkan bahwa anak-anak Bali pada tahun 1940 memiliki ciri khas dengan model rambut potongan kuncung. 

Modelnya ada sejumput rambut di atas jidat, sementara bagian lainnya gundul. Itulah potongan rambut anak-anak di Bali zaman dulu. Sebagian besar anak laki-laki memakai potongan rambut model itu. 

Pada era 70an, model rambut panjang menjadi tren bagi anak muda, sedangkan bagi anak kecil, model rambut si kuncung atau si jambul sudah mulai menghilang, diganti dengan model separo kuncung, di mana yang dicukur habis hanya bagian bawah saja. 
Masalahnya untuk mengubah model rambut tidak mudah karena tukang cukur biasanya mencukur mengikuti model rambut terdahulu.

Setelah lewat pertengahan tahun 70an, laki-laki tampaknya semakin genit dengan model rambut rapih disisir ke belakang. Model rambut seperti ini perlu di blow supaya menghasilkan sisiran yang bulat dan diberikan hairspray supaya rambut tetap terlihat rapih. Persyaratan pencukuran rambut seperti ini biasanya dipenuhi oleh salon. Maka mulai banyak laki-laki yang mengunjungi salon, termasuk yang tidak memilih potongan rambut rapih. Sensasi yang membedakan antara salon dan tukang cukur biasa adalah pada salon kita mengikuti suatu ritual yang lebih panjang, mulai dari pencucian rambut, pemotongan rambut dalam keadaan basah, dan pengeringan rambut dengan peralatan hair blow dryer.

Memasuki tahun 1980, semakin banyak salon-salon yang bermunculan dan setiap salon mulai terdapat beberapa pemotong rambut. Pada saat itu unsur seni dimasukkan ke dalam kegiatan pemotongan rambut (yang didukung dengan adanya lomba-lomba penataan rambut). 

Pemotong rambut sangat berhati-hati dalam memotong setiap sentimeter dari rambut kita, mengupayakan agar panjang rambut sama dan tertata kiri kanan belakang atas.
***