Misi Agama

Semua agama mengenal dan memerintahkan misi.

Tapi misi yang agresif merupakan ancaman bagi kedamaian dan keselarasan hubungan masyarakat.

Seperti halnya disebutkan Missi yang Agesif yaitu dengan cara :
Mendatangi rumah-rumah penduduk, melemparkan brosur-brosur keagamaan ke rumah-rumah orang yang berlainan agama, menggunakan lembaga sosial sebagai selubung untuk mengagamakan orang yang sudah beragama, sangat pontesial menimbulkan ketegangan dan perpecahan dalam masyarakat.
Idealnya, tidak boleh melakukan penyebaran agama kepada orang yang sudah beragama. Penyebaran agama kepada orang yang sudah beragama, pada intinya menunjukkan sikap yang salah. 
Kita memandang orang lain, yang di luar agama kita, sebagai orang sesat yang harus diselamatkan, atau bahkan orang kafir yang layak untuk ditiadakan. 
Pandangan semacam ini, menunjukkan sikap superioritas semu, merupakan persemaian bagi sikap memandang rendah kepada orang lain, bahkan bisa diduga sebagai bibit bagi ajaran kebencian dan kekerasan.

Seharusnya siar agama ditujukan ke dalam, untuk meningkatkan kualitas umat masing-masing.
Mengapa perlu ada perlombaan dalam jumlah umat?
Apa gunanya kuantitas bila kualitas rendah? 
Kepercayaan bahwa keselamatan atau surga hanya menjadi monopoli satu kelompok orang atau satu agama adalah sebuah khayalan yang menyedihkan.

Sekarang apa yang harus dilakukan? 
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki cara kita beragama. 
Ibaratnya agar pohon yang bagus menghasilkan buah (woh-wohan) yang bagus.

Pertama, para pemimpin agama hendaknya disebutkan dapat mendorong umatnya masing-masing untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab atas hidupnya di dunia ini.

Sesuai dengan perbuatannya (Subha Asubha Karma) demikianlah seorang jadinya. 
Dia yang berbuat baik menjadi baik, dia yang berbuat buruk menjadi buruk. Dengan perbuatan suci ia menjadi suci, dengan perbuatan jahat ia menjadi hina. 
Yang lain mengatakan bahwa manusia terdiri dari keinginan-keinginan. Sebagaimana keinginannya, demikianlah kehendaknya, sebagaimana kehendaknya, demikianlah ia bertindak, tindakan apapun yang ia lakukan itulah hasil yang ia peroleh". Demikian dikatakan oleh Brhad-aranyaka Upanisad IV IV.4.5.

Kedua, mengenai missi agama, seharusnya dilakukan meniru apa yang dilakukan oleh bunga mawar. 
Mahatma Gandhi mengatakan,
Ibaratnya bunga mawar yang tidak pernah berteriak-teriak tentang kehebatan dirinya, atau membujuk-bujuk apalagi memaksa orang lain, untuk datang kepada dirinya, tetapi karena baunya yang harum orang akan mendekat kepadanya.
Mudah-mudahan dengan demikian praktek agama akan membawa bangsa dan dunia ini kepada kesejahteraan dan kedamaian.

OM Shanti.
***