Gebleghi

Gebleghi adalah kepercayaan akan kekuatan gaib yang bisa ditemui pada masyarakat Betawi yang menempati beberapa wilayah seperti di Kampung Baru Kelapa Dua Wetan, Pondok Ranggon, Pasar Rebo, yang mempercayai bahwa setiap bayi yang dilahirkan selalu didampingi dengan empat saudara kandungnya yang tidak bisa dilihat dengan mata.

Empat saudara kandung seperti halnya istilah catur sanak di Bali masing-masing dinamai ;
  • Mbok Tutuban, 
  • Nyai Gumelar, 
  • Urihi dan 
  • tali ari-ari
Tali ari-ari ini kemudian dikubur dan rohnya menjadi penjaga dan pelindung saudaranya yang hidup.
Demi menghormati keempat saudara ini maka dalam berbagai kesempatan, kelompok-kelompok tertentu dalam komunitas Betawi kerap member sesajen untuk menghormati keempat saudaranya. Sesajen tersebut dinamakan ancak dan dipasang di empat penjuru pekarangan rumah ketika sedang menggelar hajatan seperti pesta perkawinan dan khitanan.
Dalam profil Suku Betawi sebagaimana disebutkan dalam agama lokal disebutkan, Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antar etnis dan bangsa pada masa lalu.
Perpaduan etnis Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Melayu serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa.
Sejarahnya: Diawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain orang Sunda, ada juga pedagang dari pesisir utara Jawa, dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari Malaka, bahkan dari Tiongkok serta Gujarat.

Dalam upacara tradisional juga sering dibacakan mantra-mantra yang dikenal sebagai ‘ Empat Papat Kelima Pancer ’ Empat papat berarti empat hal atau manusia hidup harus memperhatikan empat hal yang ada di sekelilingnya maksudnya empat hal yang ada di penjuru angin termasuk utara, selatan, barat dan timur. 
Kelima pancer maksudnya adalah kelima pusat, dari atas kebawah atau sebaliknya. Kelima Pancer merupakan pencerminan hubungan antara manusia dengan Tuhan sebagai penciptanya. Empat papat kelima Pancer berarti pola hubungan manusia dengan sesame secara horizontal dan pola hubungan manusia dengan Tuhan secara vertikal.
Karena menurut agama masyarakat betawi pada jaman dulu di abad ke-2 tanah Betawi merupakan daerah kekuasaan kerajaan Salakanegara.
Agama yang dianut oleh kerajaan Salakanegara adalah agama peningggalan nenek moyang, jadi secara otomatis masyarakat Betawi juga mempercayai hal itu. 
kepercayaan ini mengajarkan tentang kekuasaan yang amat besar yang mengatasi segala kekuasaan yang ada di dunia. Kepercayaan itu dilambangkan pada tumpal.

Kepercayaan ini juga mengajarkan agar manusia juga menahan Wasa, didalam bahasa Kawi dinamakan Upawasa. Upawasa atau puasa berlangsung selama 41 hari dan hari ke-41 dinamakan sebagai lebaran atau hari penutup.

Demikian disebutkan upacara Gebleghi dan peradaban suku Betawi pada masa lampau sebagai penambah wawasan.
***