Sebagaimana dikatakan kantor kementrian agama dalam upacara ngingsah/ nyangling Ds. Adat Padang Luwih menggunakan warna - warni beras (baas) sebagai sarana ngingsah yaitu :
- Beras [putih]
- Ketan [kuning],
- Beras merah dan
- Injin [hitam]
Dalam hal ini, umat pantang berkata, berpikir dan berbuat kotor yang akan menodai kesucian dan kesakralan jalannya karya yang akan dilaksanakan.Dalam pelaksanaannya :
“Ngingsah baas dilakukan setelah upacara negtegang. Yang bertujuan, untuk pensucian sarana upacara sekaligus pensucian umat itu sendiri.
- Beras yang dibersihkan terdiri dari lima warna yang melambangkan perwujudan para dewa dari lima penjuru mata angin.
- Diiringi tembang atau kidung bahasa sansekerta, pensucian beras ini dilakukan dengan menggunakan air suci dan dipimpin seorang sulinggih.
- Sedikitnya pembersihan satu jenis beras dilakukan sebanyak sebelas kali. “Beras yang telah dibersihkan tersebut nantinya disebutkan akan dihaturkan kehadapan Ida Hyang Widi Wasa.
Selain itu, prosesi tersebut juga bermakna secara simbolis untuk pembersihan umat secara lahir bathin menjelang karya. “Secara simbolis ritual ngingsah baas juga dimaksudkan untuk umat yang akan melaksanakan upacara, pantang berkata, berpikir dan perbuat yang tidak pada tempatnya selama prosesi karya / upcara yadnya berlangsung.
***